Makam Syekh Jumadil Kubro Seperti Terangkat, Tak Ada Alat Berat yang Bisa Meratakan

Makam Syekh Jumadil Kubro Seperti Terangkat, Tak Ada Alat Berat yang Bisa Meratakan
Para peziarah berdoa di depan makam Syekh Maulana Jumadil Kubro. Foto: Titis Anis Fauziyah/Jawa Pos Radar Semarang

Saat ini hanya memajang pigura besar yang mencantumkan silsilah Syekh Jumadil Kubro. Kejelasan silsilah itu dibantu oleh Habib Luthfi Bin Yahya saat dulu pernah berziarah.

Selama pandemi Covid-19 dan juga memasuki hari pertama Ramadan kemarin, makam Syekh Maulana Jumadil Kubro tetap dikunjungi peziarah.

Makam yang dikelola Yayasan Syeikh Jumadil Kubro sejak tahun 1995 ini, memiliki fasilitas cukup memadai.

Ada belasan peziarah yang datang silih berganti saat Radar Semarang tiba Selasa (13/4) kemarin.

Sebelum memasuki pintu, peziarah diwajibkan mencuci tangan di salah satu dari tiga wastafel yang ada.

Kemudian dapat menitipkan sandalnya di rak susun yang disediakan. Lalu di sebelah kanan ruangan peziarah dihadapkan dengan sepuluh galon air minum yang dapat diambil secara gratis.

Sebelum memasuki makam, mereka diminta mengisi buku kunjungan. Setiap hari, keempat juru kunci bergantian menjaga makam dan memandu peziarah selama 24 jam.

Di depannya juga dilengkapi layar TV untuk memantau area parkir depan, ruang dalam makam, maupun masjid di lantai atas. Papan bertuliskan silsilah Syekh Maulana Jumadil Kubro terpampang jelas di sebelah struktur pengurus yayasan.

Kedua anak Syekh Jumadil Kubro yakni Maulana Ibrahim Asmarakandi dan Maulana Ishaq melahirkan sebagian wali sanga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News