Mal Dibuka untuk Pengunjung yang Sudah Divaksin, Pakar Epidemiologi: Diskriminatif

Mal Dibuka untuk Pengunjung yang Sudah Divaksin, Pakar Epidemiologi: Diskriminatif
Ilustrasi halaman pusat perbelanjaan. Foto: Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 dengan sejumlah pelonggaran. Salah satunya ialah pembukaan pusat perbelanjaan (mal) dengan beberapa ketentuan.

Mal diperbolehkan kembali beroperasi dengan maksimal 25 persen pengunjung dan harus menunjukkan sertifikat vaksin Covid-19.

Menanggapi kebijakan tersebut, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyebut pembukaan mal sebagai strategi yang tidak menyeluruh.

"Mal dan pasar dibuka, tuh, seharusnya belakangan setelah sekolah dibuka," kata Dicky saat dihubungi JPNN.com, Kamis (12/8).

Dia juga menilai kebijakan pembukaan mal untuk pengunjung yang sudah melakukan vaksinasi Covid-19 juga tidak efektif karena vaksin tidak bisa menjamin seseorang tidak terinfeksi atau menularkan virus Covid-19.

Dicky juga menyebutkan peraturan tersebut merupakan diskriminasi kepada orang-orang yang belum divaksin.

"Cakupan vaksinasinya (nasional, red) belum 50 persen yang sudah full divaksin. Jadi, selain belum efektif juga tidak adil dan diskriminatif," ujar Dicky.

Menurutnya, kemungkinan seseorang belum divaksin bukan hanya karena dia tidak mau tetapi bisa terjadi karena keterbatasan persediaan vaksin atau antrean untuk mendapat vaksin.

Mal diperbolehkan kembali beroperasi dengan maksimal kunjungan 25 persen dan pengunjung harus bisa menunjukkan sertifikat vaksin Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News