Malahayati Pimpin Pasukan Janda, Resimen Tempur Ditakuti

Malahayati Pimpin Pasukan Janda, Resimen Tempur Ditakuti
Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan kepada empat tokoh Indonesia. Upacara penganugerahan gelar pahlawan itu digelar di Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/11/2015). Foto: RAKA DENNY/JAWAPOS

Konsekuensinya, kebutuhan di luar dua hal itu acap kali diabaikan. Contohnya rekreasi atau pakaian. ”Sering kalau malam tiba-tiba beliau sidak ke kamar, memastikan kami belajar dengan baik,” lanjutnya.

Lafran juga mampu memisahkan dengan baik urusan keluarga dan organisasi. Memang kadang dia mengajak anak-anaknya ke acara HMI.

Tapi sebatas mengantar atau memperkenalkan kepada sejawatnya. Untuk agenda-agenda rapat atau seminar, buah hatinya tidak diikutsertakan.

Kekaguman terhadap sosok sang ayah yang wafat pada 25 Januari 1991 itulah yang mendorong anak-anaknya masuk ke HMI pula. ”Tapi, saya hanya sampai level komisariat di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,” ucap Iqbal.

Karena itulah, ketika Iqbal menerima sepuluh undangan untuk keluarga Lafran Pane, hanya dua yang dia ambil.

”Saya ini anak biologis. Yang delapan saya serahkan kepada anak-anak ideologis bapak,” tambahnya.

Mereka adalah para aktivis senior HMI yang kini tergabung dalam Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).

Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI Mahfud MD menuturkan, gelar pahlawan Lafran Pane itu sejatinya bukan untuk dia, melainkan untuk bangsa Indonesia. ”Kalau beliau masih hidup, mungkin tidak akan mau,” ucapnya.

Cornelis de Houtman, penjelajah Belanda, akhirnya terbunuh di tangan Malahayati. Dalam sebuah pertarungan satu lawan satu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News