Mana Bisa Ada Trump Dan Ing-wen

Mana Bisa Ada Trump Dan Ing-wen
Dahlan Iskan di ladang gandum di pedesaan Amerika Serikat menjelang panen. Foto: Disway

Tesla sudah terlanjur menaikkan harga mobilnya: 20 persen. Untuk pasar Tiongkok. Yang sebenarnya sudah mulai laris. Naiknya bea masuk membuat Tesla menyiapkan jari: untuk digigit.

Suasana baru yang tiba-tiba dingin ini masih seperti malaria. Belum sepenuhnya bisa dipegang. Suasananya masih detente: 'perang dalam dingin'.

Tapi lumayan. Daripada membayangkan eskalasi: dari perang dagang ke perang senjata. Dengan pemicu: Taiwan.

Amerika sempat melakukan - menurut istilah Tiongkok - provokasi: tiga kapal perangnya sengaja melintasi selat sensitif. Antara Tiongkok dan Taiwan.

Bagi Tiongkok, Taiwan itu harga mati: salah satu propinsinya. Tapi Amerika seperti sengaja memainkan kartu Taiwan ini.

Mumpung presiden Taiwan saat ini, Tsai Ing-wen, ingin merdeka sepenuhnya - diam-diam.

Presiden Taiwan yang lalu sangat pro-gabung-Tiongkok.

Tapi presiden yang sekarang punya ideologi sendiri. Dia memang keturunan Haiwan - suku asli Taiwan.

Menyesalkah? Bahwa perang dagang antara Amerika dengan Tiongkok ini hanya akan merugikan keduanya? Dan merugikan negara lain?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News