Manufaktur Melambat, Target Premi Asuransi Rp 221 Miliar

Manufaktur Melambat, Target Premi Asuransi Rp 221 Miliar
Inhealth. Foto: Ist

jpnn.com - SURABAYA – Melambatnya pertumbuhan industri manufaktur di Jawa Timur membuat industri premi asuransi melemah. Karena itu, industri asuransi harus mencari target bisnis baru.

Regional Sales Manager PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia Surabaya A.A. Putu Mawar menyatakan, penerimaan premi dari perpanjangan polis (renewal) masih berjalan lancar. Namun, perolehan premi dari nasabah baru (new business) cenderung melambat.

’’Yang agak sulit itu adalah premi dari new business, terutama industri manufaktur, industri baja, pengolahan ikan, dan industri kertas. Kondisinya agak susah,” kata Putu.

Kondisi tersebut terjadi karena industri manufaktur masih terdampak melambatnya perekonomian pada tahun lalu. Meski tahun ini ada perbaikan, hal itu belum berpengaruh signifikan.

Banyak perusahaan yang merasa cukup hanya dengan memberikan jaminan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

’’Ya, itu wajar sih. Tapi, tidak semuanya. Itu bergantung kondisi finansial dan skala perusahaan,” lanjut Mawar.

Saat ini jumlah nasabah Mandiri Inhealth di Jatim mencapai 105 perusahaan. Anak perusahaan PT Bank Mandiri Tbk tersebut hanya mengincar nasabah korporasi dan tidak mengincar nasabah ritel.

Karena itu, kondisi finansial korporasi sangat memengaruhi kinerja perusahaan. Tahun lalu pendapatan premi Mandiri Inhealth di Jatim mencapai Rp 73 miliar dengan pertumbuhan sepuluh persen secara year on year (yoy). Kontribusi asuransi kesehatan mencapai 68 persen.

SURABAYA – Melambatnya pertumbuhan industri manufaktur di Jawa Timur membuat industri premi asuransi melemah. Karena itu, industri asuransi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News