Marak Politisi Kutuk Loncat, Ini Penyebabnya

Marak Politisi Kutuk Loncat, Ini Penyebabnya
Wakil Sekjen PDIP Eriko Sotarduga (berkacamata) bersama Bupati Trenggalek Emil Dardak usai bertemu Megawati Soekarnoputri pada pertengahan Oktober lalu. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Wabah politisi ’’kutu loncat” dan pembajakan kader terus mewabah belakangan ini. Fenomena itu terjadi di berbagai daerah dan melibatkan sejumlah partai politik.

Contohnya, Golkar membajak Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Jawa Barat. Gerindra membajak Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah di Sulawesi Selatan.

Sementara itu, Demokrat membajak Bupati Trenggalek Emil Dardak untuk pemilihan gubernur (pilgub) Jatim.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menyatakan, selain mental pribadi, fenomena kutu loncat dan pembajakan merupakan buah dari tidak berjalannya demokratisasi di internal partai. Tidak ada standar mekanisme rekrutmen calon nonkader yang dilembagakan.

’’Ketika seorang kader tidak dapat tempat di partainya karena proses yang tidak demokratis, akhirnya yang bersangkutan maju lewat partai lain,” ujarnya kemarin (29/11).

Hal itu terlihat dari kasus Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Saat suara akar rumput Partai Golkar di Jawa Barat mendukungnya, DPP malah menunjuk sosok luar dan mengesampingkan aspirasi kader di bawah.

Imbasnya, Dedi mulai bermanuver ke partai lain. Bukan tidak mungkin dia akan menjadi ’’kutu loncat”.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyindir Emil Dardak yang menyeberang dari PDIP ke Demokrat demi tiket pilgub Jatim.

Fenomena politisi kutu loncat dan pembajakan merupakan buah dari tidak berjalannya demokratisasi di internal partai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News