Maria Butina, Mata-Mata Cantik di Tengah Skandal Pemilu AS

Maria Butina, Mata-Mata Cantik di Tengah Skandal Pemilu AS
Maria Butina, wanita asal Rusia yang diduga melakukan spionase di Amerika Serikat. Foto: Maria Butina/Facebook

jpnn.com, WASHINGTON - Maria Butina menjalani hearing perdana atas dakwaan spionase, Senin (16/7). Perempuan 29 tahun asal Rusia itu diyakini menjadi mata-mata yang merugikan Amerika Serikat (AS).

Pada Juli 2015 silam, Butina mewawancarai Donald Trump di Las Vegas, Amerika Serikat. Saat itu, Trump belum menjadi calon presiden.

’’Saya datang dari Rusia. Kalau Anda jadi presiden, bagaimana kebijakan luar negeri yang Anda terapkan terhadap negara saya?’’ tanya Butina sebagaimana dilansir The Guardian.

Pertanyaan tersebut mungkin sudah lama dilupakan publik AS. Namun, tidak demikian dengan jawaban Trump. ’’Saya rasa, hubungan saya akan semakin dekat dengan Putin,’’ ujarnya ketika itu.

Ajang Freedomfest menjadi saksi jawaban Trump yang sampai saat ini masih membuat publik Negeri Paman Sam bertanya-tanya. Yakni, apakah dia dan Putin benar-benar punya hubungan dekat.

Sebenarnya, kehadiran Butina ke acara yang dihelat di Negara Bagian Nevada itu juga mengundang tanya. Mengapa dia harus jauh-jauh datang dari Rusia hanya untuk menanyakan kebijakan Trump?

Apalagi, saat itu Trump bukan siapa-siapa. Dia hanyalah pebisnis kaya raya yang suka berbicara ngawur soal politik dan pemerintahan.

Namun, setahun sebelum pemilihan presiden (pilpres) AS digelar, Butina seolah-olah sudah tahu bahwa Trump akan menjadi pemimpin Gedung Putih.

Namanya Maria Butina. Cantik. Seksi. Berbahaya. Dia adalah definisi sempurna femme fatale dari Rusia. Senin (16/7)

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News