Masih Banyak Potensi Perkebunan di NTT

Masih Banyak Potensi Perkebunan di NTT
Dirjen Perkebunan, Bambang dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya. Foto: Humas Kementan

Nilai Tukar Petani (NTP) perkebunan, menurut data Badan Pusat Statistik, Agustus 2016 yaitu 98,01 persem, September sebanyak 98,14 persen dan Oktober 98,64 persen.

“Ini artinya petani perkebunan masih rugi. Petani perkebunan NTT NTP Agustus 96,32, September 96,72 dan Oktober 97,84. Karena itu bila perkebunan dengan serius dibangun di NTT bisa meningkatkan perekonomian sampai 200%,” katanya.

NTT setiap tahun menghasilkan pendapatan dari 10 komoditi Rp2,5 triliun dengan produktivitas yang rendah potensi kehilangan hasil di NTT mencapai Rp3,5 triliun.

Kelapa menghasilkan Rp377 miliar dan potensi kehilangan hasilnya Rp1,4 triliun.

Karena itu, perkebunan harus dikelola dengan baik supaya potensi kehilangan hasilnya bisa ditekan.

Tahun ini Kementerian Pertanian mendapat anggaran Rp22 triliun padahal ada tugas besar mencapai swasembada padi, jagung dan kedelai.

Anggaran sebesar itu tidak cukup, bahkan Rp50 triliun saja tidak cukup.

Karena itu pada 2017 anggaran Ditjenbun hanya Rp490,963 miliar dan alokasi anggaran untuk perkebunan di NTT Rp8,955 miliar yang diantaranya digunakan untuk peremajaan kelapa, intensifikasi kopi Arabika dan lain-lain.

PDB perkebunan setiap tahun berjumlah Rp 411,86 triliun yang dihasilkan dari 15 komoditi utama perkebunan dari 127 komoditi yang dibina Ditjenbun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News