Masjid Jarang

Oleh Dahlan Iskan

Masjid Jarang
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Hanya mereka yang mengenakan masker yang diizinkan masuk masjid.

Baca Juga:

Dari 45 pintu, kini hanya tiga pintu yang dibuka. Satu dari arah selatan, satu dari arah timur dan satu lagi dari arah utara. Itu agar yang masuk masjid lebih bisa terkontrol.

Tentu kini harus antre --dan petugas mengawasi antrean itu agar jarak antarorang tetap terjaga

Di dalam masjid itu juga ada pemandangan baru: tidak ada lagi karpet. Semua karpet dilepas. Agar tidak ada virus yang bersembunyi di karpet itu. Jamaah salat di atas marmer.

Kebetulan desain pemasangan marmernya dulu sangat tepat. Di setiap 120 cm diberi hiasan kecil marmer warna hitam.

Dulunya itu hanya penanda barisan salat. Kini hiasan itu menemukan fungsinya --selain untuk keindahan. Yakni sebagai penanda jarak.

Jemaah tidak boleh lagi salat berimpitan. Harus berdiri di penanda hitam itu.

Saya jadi teringat pertanyaan dari peserta senam seminggu sebelumnya. Waktu itu saya mengharuskan peserta senam jaga jarak. Tidak hanya waktu senam, tetapi juga di mana pun.

Memang itulah doktrin salat. Harus berimpitan. Yang salatnya berjarak, akan ada setan di sela itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News