Masyarakat Korsel Kucilkan Ibu Tunggal Tanpa Suami
Organisasi yang didirikan pada Maret 2009 itu awalnya hanyalah ajang curhat secara online antar sesama perempuan yang punya anak tanpa menikah.
Setelah menjadi organisasi, mereka kerap bertemu sebulan sekali untuk sekadar berbincang, menggelar pelatihan, dan berbagai hal lain.
Tahun ini mereka menggelar pertemuan di Namsan untuk merayakan Seollal. Mereka juga memperjuangkan agar ibu yang punya anak tanpa menikah bisa mendapat insentif dari pemerintah tanpa syarat yang berat.
’’Kami layak menjadi bagian dari masyarakat,’’ tegas Jeong Soo-jin, salah seorang anggota KUMFA.
Menurut dia, KUMFA sangat membantu orang-orang seperti dirinya untuk keluar dari persembunyian dan bersosialisasi. Bagi mereka, KUMFA adalah keluarga.
Jeong menceritakan, dirinya hamil saat berusia 29 tahun. Kekasihnya tidak mau bertanggung jawab dan meninggalkannya. Perempuan yang kini berusia 37 tahun itu memilih untuk menutup rapat-rapat kehamilannya.
Pada perayaan Seollal 2011, dia tengah hamil 8 bulan dan memilih mengurung diri. Padahal, seluruh anggota keluarganya tengah berkumpul. Dia akhirnya melahirkan sendirian tanpa kehadiran keluarga.
Sebulan setelah melahirkan, Jeong menyerah. Dia memberikan putrinya, Ah-jeong, untuk diadopsi. Namun, dia berubah pikiran dan mengambil putrinya kembali.
Dikucilkan dan dianggap tidak ada. Seperti itulah nasib para ibu yang tidak menikah di Korea Selatan (Korsel). Mereka dianggap aib.
- Terima Kunjungan Sekretariat Parlemen Korsel, Siti Fauziah Jelaskan Tugas & Wewenang MPR
- Dua Kelompok WNI Bentrok di Korsel, Ada Korban Tewas
- Jadwal Piala Asia U-23: Peringkat FIFA Korea Selatan, Lawan Indonesia
- BP2MI Berangkatkan 228 Pekerja Migran Indonesia ke Korea Selatan
- Dunia Hari Ini: Rumah Sakit Korea Selatan Siaga Akibat Dokter Mogok Kerja
- Kepala BP2MI Lepas Keberangkatan 390 PMI ke Korsel: Bekerjalah Secara Profesional