Mbah Menteri Bilang, Itu Memang Petunjuk Bapak Presiden

Mbah Menteri Bilang, Itu Memang Petunjuk Bapak Presiden
Harmoko. Foto: dok.JPNN

Harmoko memang memiliki empat pesantren. Yakni, Fajar Dunia di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat; Lailatul Qodar di Sukoharjo, Jawa Tengah; Hanacaraka di Wonogiri, Jawa Tengah; dan Al Barokah di Nganjuk, Jawa Timur.

Saat terapi, tidak jarang Harmoko bertemu dengan kolega-koleganya sesama menteri pada eranya. Mulai mantan Menteri Kehakiman Oetojo Oesman, mantan Menpora Abdul Gafur, mantan Menristek Rahardi Ramelan, dan mantan Menteri Perumahan Rakyat Akbar Tandjung serta Presiden Ketiga B.J. Habibie.

Saat disinggung tentang apa saja yang dilakukannya saat bertemu mereka, Harmoko hanya tertawa. ’’Kami nyanyi-nyanyi,’’ ucap ayah tiga anak itu. Pertemuan tersebut biasanya juga diselingi diskusi. Hasilnya dituangkan dalam Kopi Pagi.

Tentang kalimat khasnya, menurut Harmoko, hal itu dipilih karena yang dia sampaikan memang hal-hal yang disampaikan Presiden Soeharto. 

’’Jadi, itu memang petunjuk presiden, saya sampaikan ke publik,’’ lanjut kakek enam cucu itu. Menteri, tutur Harmoko, bertugas melaksanakan kebijakan presiden. Tidak boleh semaunya sendiri.

Harmoko ketika itu memang layaknya juru bicara pemerintah. Dia ditugasi menyampaikan program-program pemerintah kepada rakyat. Hingga akhirnya, Harmoko pun meluncurkan program Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa).

Kalimat khas itu pun dengan mudah menjadi ciri Harmoko. Di luar itu, muncul berbagai pelesetan namanya di masyarakat seiring statusnya sebagai menteri penerangan. Yang sinis dan paling terkenal tentu ’’Hari-hari omong kosong’’. 

Nama Harmoko juga menjadi populer di kalangan sopir dan pengguna angkutan umum di Jakarta. Apa lagi kalau bukan oplet jurusan Harmoko alias Harmoni–Kota. 

LUPAKAN dulu isu perombakan kabinet. Mari sejenak menengok aktivitas menteri era Orde Baru. Untuk sekadar menyapa: Apa kabar, Mbah Menteri? ’’Menurut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News