Media Makin Getol Investigasi Setelah Veteran Tak Berdaya

Media Makin Getol Investigasi Setelah Veteran Tak Berdaya
Harry (kiri) dan Piet (kanan) dari TV NCRV saat melakukan wawancara dengan saksi di Kebumen. FOTO: Gunawan Sutanto

Piet sendiri mengaku bukan seketika itu tertarik dengan sejarah perang di Indonesia. Pria yang sudah melakukan berbagai peliputan konflik di sejumlah negara itu mengaku sudah sejak enam tahun silam mempelajari tentang perang di Indonesia.

’’Apa yang saya rasakan sama dengan para peneliti dan jurnalis di sana. Bahkan pasti ada kejadian lain di luar Rawagede. Itulah yang membuat saya tertarik untuk menelusurinya,’’ paparnya. Perbincangan antara koran ini dengan kru televisi itu kemudian banyak berlanjut keesokan harinya saat perjalanan menuju ke tempat-tempat pembantaian.

Salah satu tempat yang kami telusuri ialah Kebumen dan Temanggung. Dalam perjalanan ke kota-kota itu, Piet dan Harry banyak berbagi cerita. Mulai dari membahas hal-hal serius sampai bercanda yang juga ada kaitannya dengan sejarah Indonesia.

’’Saya di mobil ini serasa minoritas. Saya murni berasal dari Belanda. Kalian itu separuh Indonesia karena memiliki hubungan darah dengan Indonesia,’’ gurau Piet siang itu. Ternyata gurauan itu merujuk pada nenek moyang kedua londo tersebut.

Max seperti yang pernah dikisahkan Jawa Pos merupakan keturunan Belanda-Indonesia. Kakeknya merupakan anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger/Tentara Kerajaan Hindia Belanda) yang ditugaskan di Indonesia.

Saat bertugas di Indonesia itu, kakeknya menikah dengan warga Indonesia dan lahirlah ayah Max. Itulah kenapa Piet mengatakan Max setengah Indonesia, karena ayahnya lahir di sini. Hal yang sama juga terjadi pada Harry. Mbahnya merupakan tentara KNIL yang menikah dengan warga lokal keturunan Tionghoa. Nah ayah Harry lahir di Kebumen.

’’Keluarga saya dulu ada yang tinggal di Banjarmasin dan Jawa. Ibu saya bahkan masih bisa memasak makanan Jawa, salah satunya pepes,’’ kelakar pria plontos itu. Atas dasar ikatan emosional itu jugalah yang membuat Harry tertarik mengikuti Piet.

’’Saya sebenarnya pernah ke Indonesia tapi hanya untuk liburan,’’ paparnya. Sementara Piet sendiri sudah tiga kali datang ke Indonesia dengan misi yang sama. Pertama kali dia datang untuk meliput ke Rawagede usai putusan pengadilan Den Haag keluar.

Pasca kasus Rawagede mencuat,  sejumlah media Belanda kini banyak memburu fakta pembantaian serupa yang terjadi di daerah lain di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News