Mega-Anwar

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Mega-Anwar
Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dan pemimpin Pakatan Harapan yang kini menjabat PM Malaysia, Anwar Ibrahim sebelum menghadiri Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang (UNP), pada 29 Oktober 2018. Foto: dokumentasi PDIP

Sulit menemukan jejak Bung Karno pada pidato-pidato Megawati.

Tidak ada referensi yang dikutip, dan tidak terlihat visi yang bisa menjadi haluan untuk menghadapi kompleksitas persoalan global yang dihadapi Indonesia.

Datuk Anwar Ibrahim hanya berbicara setengah jam. Rasanya terlalu pendek. Andai dia berbicara selama 2 jam pun audiens akan tetap mendengarkan dengan penuh perhatian.

Khazanah pemikiran Anwar sangat luas. Dia mengutip banyak tokoh besar, mulai dari Al-Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusydi dan perdebatan antara iman dan filsafat dalam ‘’Tahafut al-Falasifah’’.

Anwar mengutip Keynes dan Fukuyama, juga Ortega Y. Gasset. Anwar mengutip Iqbal dan juga T.S Eliot.

Anwar mengutip Sutan Takdir Alisjahbana, Hamka, Armin Pane, sampai Soedjatmoko. 

Anwar menunjukkan kualitas kepemimpinannya yang visioner yang bisa menjadi panduan dalam menghadapi kompleksitas persoalan yang dihadapi bangsa-bangsa Asia Tenggara.

Anwar menuangkan pandangan-pandangannya itu sejak 1996 melalui bukunya ‘’The Asia Rennaissance’’.

Ada yang memuji-muji Anwar dan mengkritisi Mega. Akan tetapi banyak juga yang membela Mega dan menganggap pidatonya berbobot.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News