Mega

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Mega
Megawati Soekarnoputri. Foto: Ricardo/JPNN.com

Karena itu serangan terhadap BPIP sama saja dengan serangan terhadap Mega sebagai ketua dewan pengarah.

Fadli Zon lebih bereaksi langsung terhadap pandangan Mega bahwa Sumbar sekarang berubah, tidak seperti dulu.

Menurut Fadli, Sumbar tetap seperti yang dulu. Adat istiadat Minangkabau masih tetap dipegang erat oleh masyarakat. Justru orang-orang yang tidak paham sejarah dan adat Minang yang menganggap Sumbar berubah. Begitu respons Fadli.

Megawati memang seperti menyimpan perasaan yang mengganjal terhadap Sumbar. Mungkin semacam ekspresi dendam politik dari PDIP terhadap Sumatera Barat yang selama ini sulit ditaklukkan.

Sebagai Ketua Umum PDIP pantas saja Mega penasaran terhadap Sumbar. Dalam 20 tahun terakhir sejak reformasi bergulir, PDIP bisa disebut sebagai partai duafa yang tidak mendapat dukungan masyarakat.

Selama 20 tahun Sumbar dikuasai oleh parta-partai Islam. Dalam perebutan kursi gubernur Sumbar, PDIP juga tidak pernah bisa sukses.

Pada pilgub 2020 yang lalu PDIP malah membuat blunder karena komentar Puan Maharani, putri Megawati, dianggap menyinggung masyarakat Sumbar.

Ketika mengumumkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dari PDIP, Puan mengatakan semoga Sumbar menjadi provinsi yang mendukung negara Pancasila.

Kilometer 2024 memang masih cukup jauh. Namun, Mega sudah harus berancang-ancang mulai sekarang sebelum terlambat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News