Melancong ke Hotel Pertama di Kota Padang

Melancong ke Hotel Pertama di Kota Padang
Hotel Sumatra. Foto: KITLV

Keduanya--Veth dan Snelleman--kemudian hari menjadi lakon penting. Mereka termasuk generasi awal Belanda yang menjelajah ke pedalaman Sumatera dan mendokumentasikannya.

Termasuk mendokumentasikan cerita pemandangan di Hotel Sumatra berikut, yang pernah juga diterjemahkan Frieda Amran, antropolog yang bermukim di Belanda untuk Kajanglako, dari arsip Reizen en Onderzoekingen der Sumatra-Expeditie, uitgerust door het Aardrijkskundig Genootschap, 1877-1879, jilid II, suntingan P. J. Veth, terbitan Leiden, 1882.

Sekadar catatan, arsip serial ekspedisi Midden Sumatra lainnya, yang jilid I misal, disunting P. J. Veth bersama Van Hasselt, orang yang menyambut Schouw Santvoort, Snelleman dan D. D. Veth ketika baru tiba di Padang. Van Hasselt ini kemudian hari, di ranah ilmu pengetahuan dikenal sebagai Profesor Etnologi.

Malam itu, diterangi sinar lampu minyak kelapa, Snelleman dan D. D. Veth menuju kamar. Langkah hati-hati berderap-derap menaiki tangga rumah panggung.

Pendatang baru itu langsung tergamang karena belum terbiasa melihat lantai pecah bambu. Keresahan tergambar dari catatan mereka.

"Lantainya berlubang-lubang dan retak di sana-sini. Berjalan di atasnya harus hati-hati, agar tidak menjatuhkan apa-apa yang dapat hilang bila terjatuh ke bawah."

Temaram cahaya lampu minyak kelapa membayang ke langit-langit serambi yang dilindungi atap lebar disangga bambu. Beratapkan daun rumbio, penginapan tambahan Hotel Sumatra yang terdiri dari satu ruangan besar, dan satu ruangan kecil di bagian belakang.

Bangunan tambahan serupa terlihat ada beberapa. Kondisinya lebih kurang sama. Kata mereka, bila angin laut bertiup kencang, atap dari anyaman daun itu terangkat sedikit dan bambu-bambu penopangnya bergoyang tidak karuan.

Pekarangan dari hotel pertama di Kota Padang itu tampak luas. Bendi atau kereta kuda lazim terparkir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News