Membangun Peradaban Cinta Lingkungan

Oleh: Fransiscus Go, Pemerhati Pendidikan & Ketenagakerjaan

Membangun Peradaban Cinta Lingkungan
Pemerhati Pendidikan & Ketenagakerjaan Fransiscus Go. Foto: dok pribadi for JPNN.com

Konsepnya ialah bahwa alam itu diri kita, dalam skala yang lebih luas. Menghargai dan menghormati alam berarti menghargai dan menghormati diri sendiri. Konsepsi ini adalah dasar berpijak untuk berperilaku ekologis.

Seruannya jelas, “kasihilah alam seperti mengasihi diri sendiri”. Ini akan mendatangkan kebiasaan yang baik dalam kehidupan. Baru berikutnya langkah-langkah konkret bisa dilakukan, yaitu menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan dari skala terkecil rumah tangga hingga ke skala yang lebih luas. Namun pertama dan utama, terpenting, ialah mindset/pola pikir ekologis di atas.

Mengelola alam adalah panggilan manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa mengolah alam. Tetapi sistem dan cara pengolahan bagaimana menjadi penting.

Manusia mengolah alam tidak sungguh-sungguh, artinya belum serius dan belum ekologis. Potret kemiskinan di daerah Indonesia, utamanya wilayah timur merupakan hasil tata kelola alam yang belum optimal.

Masih banyak lahan kosong yang dibiarkan tidur, tidak ditanami dan tidak dikelola untuk kesejahteraan. Pemerintah berupaya membuat food estate agar lahan yang luas dan tidur tersebut bisa menghasilkan.

Menghasilkan nilai ekomonis tidak berarti tidak ekologis, melainkan mentalitas dan praksis di lapangan. Bagaimana menggapai kesejahteraan tanpa merusak alam? Modal awal ialah membangun peradaban cinta lingkungan hidup. ***

Penulis: Fransiscus Go
Pemerhati Pendidikan & Ketenagakerjaan

Pemerhati Pendidikan & Ketenagakerjaan Fransiscus Go mengulas pentingnya menjaga alam dan krisis pangan.


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News