Membedah Kekuatan Adidaya Ulama

 Membedah Kekuatan Adidaya Ulama
Direktur Strategi dan Analis Data Lembaga Analisis Politik Indonesia (L-API), Fadlin Guru Don. Foto: Ist for JPNN.com

Publik pasti sadar bahwa kemenangan Anis-Sandi di Pilkada Jakarta adalah merupakan hasil perjuangan Ulama. Maka, penulis meyakini bahwa gerakkan ulama menuju Pilpres 2019 akan kembali belulang. Ulama akan menggunakan platform yang sama, bahkan bisa di bilang lebih dahsyat dari Pilkada Jakarta. Dahsyat dalam pengertian bahwa semua ulama yang berada diseluruh antero negeri ini akan seirama untuk menyuarakan ganti presiden.

Sejak kasus Ahok berakhir, maka mulai dari situ hingga sekarang ini, semua mimbar masjid hampir tidak lewat dari seruan untuk memilih pemimpin muslim yang amanah. Buktinya, pada momentum Pilkada serentak 2018 kemarin, banyak daerah-daerah yang telah berhasil dimenangkan, semuanya itu tidak keluar dari peranan ulama.

Seruan untuk memilih pemimpin Islam, walaupun tidak sevulgar hastag 2019 ganti Presiden, tetapi dapat dimaknai arah dan tujuannya sama yaitu Indonesia butuh presiden baru.

Gerakan Ulama dan Cendekiawan muslim sudah sangat tampak di permukaan. Desain dan strategi politiknya sudah sangat jelas. Bentuknya mungkin tidak seperti gerakan 411 dan 212 yang digelar di ruang terbuka seperti jalan dan Monas, tetapi di ruang tertutup seperti Masjid dan forum-forum publik akan menjadi mimbar paling dahsyat yang nantinya menjadi tempat bagi ulama untuk menyadarkan serta memobilisasi massa umat.

Di Republik ini, satu-satunya yang masih bisa dipercaya oleh rakyat hanyalah ulama, ketimbang para pilitikus yang terkesan tidak konsisten dan sering mencedarai hati mereka. Maka, sangat mungkin bahwa Ulama akan menjadi juru kunci penentu kemenangan Pilpres 2019.

Banyak yang berasumsi bahwa pemenang Pilpres 2019 nanti sangat bergantung pada bekingan negara adi daya atau negara super power. Walau demikian, penulis tetap meyakini bahwa kekuatan gerakan ulama akan lebih berpengaruh dari pada pengaruh negara adidaya manapun. Ulama akan menjadi Adidaya baru yang kemudian melawan intervensi asing, sekaligus menjadi Bom Atom yang akan meluluhlantahkan kekuatan jahat yang mencoba mencederai prosesi hajatan rakyat 2019 nanti.

Kekuatan superpower ulama tidak bisa dianggap remeh, karena mereka telah didulang oleh keimanan dan kepercayaan umat. Ulama adalah pemimpin umat, sudah pasti arah dan petunjuknya menjadi bagian dari kebaikan yang harus diikuti.

Kenyataan ini bukan sekadar opini tetapi ini adalah fakta yang sedang terjadi. Upaya ulama dalam melakukan konsolidasi dapat dilihat dari sejumlah kegiatan mulai dari kegiatan yang berskala kecil maupun yang berskala besar. Maka bukan tidak mungkin bahwa Ulama akan menjadi gerakan sosial (Social mevement) yang terus bergerak dan berteriak kencang sampai penghujung Pilpres nanti.

Desain politik sudah terbangun, pembentukan koalisi hampir selesai, lalu apa yang harus ditunggu oleh rakyat?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News