Menaikkan Suku Bunga Acuan Membingungkan di Tengah Landainya Inflasi

Menaikkan Suku Bunga Acuan Membingungkan di Tengah Landainya Inflasi
Kurs rupiah terhadap dolar AS. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

“Pertanda bagus bisa jadi US dolar terkoreksi. Namun ini masih proyeksi ya,” lata Lukman.

David menambahkan memantau aksi The Fed, “Spread antara suku bunga rupiah dan dollar Amerika harus dijaga tetap menarik di tengah masih berlanjutnya ekspektasi kenaikan Fed rate.”

Kemudian dengan suku bunga acuan yang naik, berdampak pada kredit, pertumbuhan usaha, dan impor.

Sementara itu masyarakat bisa ‘mengamankan’ uang mereka agar tidak tergerus inflasi. Mengamankan aset mereka di tempat yang likuid sambil menunggu tren kenaikan suku bunga tinggi selesai.

“Berakhirnya era suku bunga yang tinggi, mungkin dalam enam bulan ke depan itu jelas, akan berhenti. Sebab investasi akan sangat bagus di saham,” tegas Lukman.

David menambahkan dengan melemahnya rupiah terhadap dolar akan muncul inflasi dari segi impor.

Kemudian pengusaha yang masih belanja impor dengan dolar harus bisa mengamankan nilai mereka.

Sementara itu Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menilai kenaikan suku bunga merupakan langkah pre-emptive untuk menjangkar ekspektasi inflasi sedemikian sehingga inflasi inti tahun 2023 kembali dalam sasaran inflasi BI.

Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin ke 5,25 persen dalam rangka menjaga stabilitas rupiah, membuat pasar bingung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News