Menakar Geliat Pertumbuhan Ekonomi Jokowi

Menakar Geliat Pertumbuhan Ekonomi Jokowi
Presiden Joko Widodo di Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya. Foto: Biro Pers

Untuk tahun depan, pemerintah mengajukan usulan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen dalam RAPBN 2019.

Hingga tulisan ini dibuat, belum ada kesepakatan antara pemerintah dan DPR terkait besaran itu. Kemungkinan besarannya tidak akan berubah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ketika menghadiri acara Indonesia Economic Outlook Forum 2019 di kantor Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Senin (24/9) mengungkapkan semua itu bisa tercapai apabila konsumsi rumah tangga tumbuh 5,1 persen, investasi 7,0 persen, ekspor-impor masing-masing 5,3 persen dan 7,1 persen.

Dari keempat poin itu, penulis menyoroti komponen konsumsi rumah tangga dan investasi.

Khusus untuk konsumsi rumah tangga, langkah Presiden Joko Widodo membatalkan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium beberapa waktu lalu sudah tepat.

Mengapa demikian? Sebab, meskipun konsumsi premium semakin menurun diikuti peningkatan konsumsi pertalite dan pertamax, kenaikan harga BBM bersubsidi selalu diikuti kenaikan harga bahan pangan. Pemicu utama adalah ongkos logistik bertambah sehingga harga dibebankan ke konsumen.

Untuk menjaga atau meningkatkan konsumsi rumah tangga, pemerintah perlu memaksimalkan Dana Desa. Alokasi Dana Desa pada tahun depan direncanakan Rp 79 triliun.

Peningkatan nominal itu jangan sampai sia-sia. Manfaat Dana Desa harus dirasakan hingga ke masyarakat bawah. Salah satu cara adalah mendorong partisipasi masyarakat desa dalam penggunaan dana itu.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) secara resmi menginjak usia empat tahun pada 20 Oktober 2018.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News