Meneropong Potensi Bawang Putih di Kaki Gunung Semeru

Meneropong Potensi Bawang Putih di Kaki Gunung Semeru
Lahan pertanian bawang putih di Lumajang. Foto: Istimewa

jpnn.com, LUMAJANG - 20 tahun yang lalu, saat bawang putih masih berjaya di tanah air, Kabupaten Lumajang memiliki history bawang putih yang cukup panjang.

Bermodalkan potensi lahan yang subur di kaki gunung Semeru dan potensi wilayah yang mencapai lebih dari 1.000 hektar, serta ketinggian antara 700-2000 mdpl, menjadikan bawang putih sebagai andalan masyarakat di sana.

Namun, seiring serbuan bawang putih impor dengan harga murah, menjadikan petani harus banting setir ke komoditas lain yang lebih menjanjikan seperti kentang dan wortel.

Saat ini, hanya sedikit saja petani yang masih bertanam bawang putih, tentu saja dengan hasil yang kurang optimal.

Dengan adanya program wajib tanam dan produksi 5 persen oleh importir bawang putih, menjadi trigger bangkitnya antusias dan minat petani di Kabupaten Lumajang untuk kembali menanam.

Lokasi tanam dan sentra utama tersebar di 4 desa yaitu Argosari, Kandang Tepus dan Ranupane. Terhitung 6 importir yang telah bermitra dengan petani setempat dan telah realisasi tanam seluas 10 ha.

“Kami memberikan bantuan bibit dan sarana produksi sebesar Rp. 17 juta langsung ke rekening petani” ujar Ali, salah satu importir yang diaminkan oleh Ketua Poktan Kayu Manis, Desa Kandang Tepus yang tengah mempersiapkan lahan kerja sama dengan importir seluas 15 hektar dan siap tanam di bulan Juli.

Kepala Bidang Hortikultura Kabupaten Lumajang, Dony Ananto yang ditemui di kantornya menegaskan bahwa hanya importir yang komitmen kerjasama dengan petani saja yang akan dibantu.

Seiring serbuan bawang putih impor dengan harga murah, menjadikan petani harus banting setir ke komoditas lain yang lebih menjanjikan seperti kentang dan wortel

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News