Mengapa Militer Filipina tak Kunjung Bisa Sepenuhnya Merebut Marawi?

Mengapa Militer Filipina tak Kunjung Bisa Sepenuhnya Merebut Marawi?
Tentara Filipina. Ilustrasi Foto: AFP

Yakni, di kawasan Moncado, Guimba, Malimono, Marinaut, dan Caloocan. Di lima lokasi itu bentrokan sengit tidak terhindarkan.

Buntutnya, di Marawi, misalnya, sekitar 90 persen dari kira-kira 200.000 penduduk kota tersebut sudah mengungsi. Kendati demikian, masih ada sejumlah warga yang masih terjebak di tempat tinggal mereka.

’’Mereka yang tinggal di area terpencil atau terkepung bentrokan jelas tidak bisa ke mana-mana. Kami berharap, pemerintah bisa mengupayakan rehat pertempuran agar kami bisa mengevakuasi mereka,’’ kata Laisa Alamia, sekretaris eksekutif ARMM (wilayah otonomi Muslim Mindanao).

Wakil Gubernur ARMM Haroun Al Rashid Lucman mengatakan, tidak semua warga Marawi yang meninggalkan kota itu tertampung di kota sebelah, Iligan. Sekitar 100.000 di antara mereka masih telantar.

’’Saat ini yang paling kami butuhkan adalah dokter. Seluruh paramedis yang ada di Marawi sudah sibuk merawat korban sejak Selasa,’’ terangnya.

Pemerintah provinsi sudah mendistribusikan lebih dari 10 ton bantuan untuk warga Marawi. Sebagian besar bantuan tersebut berwujud makanan dan minuman.

Tetapi, bentrokan yang tidak kunjung usai sejak Selasa dan status darurat militer yang akan bertahan hingga bulan depan membuat segelintir orang mempermainkan harga. Harga bahan pangan dan bahan bakar meroket.

Krisis kemanusiaan itulah yang membuat sejumlah pihak mengkritik kebijakan darurat militer di Kepulauan Mindanao yang diterapkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Pendekatan militeristik Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk menghadapi lawan yang hanya puluhan jumlahnya, terbukti belum membuahkan hasil. Yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News