Mengemis di Perempatan Jalan demi Membeli Bolpoin

Mengemis di Perempatan Jalan demi Membeli Bolpoin
Mengemis di Perempatan Jalan demi Membeli Bolpoin
EMPAT tahun lumpur Lapindo terus mengalir, selama itu pula berbagai problem sosial bermunculan. Ada kisah korban lumpur yang terpaksa mengemis dan melacur. Ada pula kisah pengusaha yang mencoba tetap bangkit, meski sampai sekarang belum mendapatkan ganti rugi.

Adalah Lina Louise, koordinator Yayasan Tanggul Bencana Indonesia (YTBI) Sidoarjo, yang mengungkap data memprihatinkan itu. Kata dia, di antara korban lumpur Porong yang bernasib sengsara, ada yang menjadi pengemis dan melacurkan diri. "Jumlah yang terdeteksi saat ini masih ratusan. Namun, sebenarnya yang belum tersentuh masih sangat banyak," kata Lina.

 

Dia menambahkan, saat pihaknya melakukan pendampingan kepada para korban lumpur Lapindo, ditemukan sejumlah anak usia sekolah yang mengaku sudah menjajal terjun ke prostitusi. Ketika ditanya, mereka mengatakan bahwa beberapa temannya sesama korban lumpur juga melakukan hal itu. Korban anak-anak yang menjadi pengemis juga banyak. Mereka, ujar Lina, bisa dilihat di berbagai perempatan yang ada di Sidoarjo. "Saat ditanyai, mereka biasanya mengaku tidak punya uang untuk membeli bolpoin," tegasnya.

Wakil Ketua Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Sidoarjo Suagustono ketika dikonfirmasi soal temuan itu, mengatakan belum mendapatkan data tentang adanya anak usia sekolah yang melacurkan diri. Meski demikian, dia tidak menyangkal bahwa luapan lumpur membawa dampak sosial tersendiri. "Ada orang yang bercerita bahwa banyak yang terlibat perselingkuhan saat masih di barak. Tapi, tidak ada yang membuat laporan resmi," ujarnya.

EMPAT tahun lumpur Lapindo terus mengalir, selama itu pula berbagai problem sosial bermunculan. Ada kisah korban lumpur yang terpaksa mengemis dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News