Mengikhtiarkan Muktamar NU yang Teduh

Mengikhtiarkan Muktamar NU yang Teduh
Sidang pleno Muktamar ke-34 NU di Lampung. Foto: Dok. PBNU

Hawa panas muktamar mulai terasa saat dilaksanakannya Munas dan Konbes NU di Hotel Sahid Jakarta pada 25-26 September 2021.

Sebagaimana jamak diketahui yaitu perihal penentuan waktu muktamar. Yang pada akhirnya disepakati pada pada 23–25 Desember 2021.

Tahap berikutnya adalah soal penentuan kepanitiaan Muktamar. Sebelum Munas, PBNU sudah menyepakati kepanitiaan Muktamar, Panitia Pengarahnya Gus Yahya Cholil Staquf, dan Panitia Pelaksananya Pak Robikin Emhas.

Tetapi, demi menjaga netralitas panitia dan efektivitas kinerja, maka disepakati adanya perombakan. Pada 20 Oktober 2021, diselenggarakanlah rapat khusus antara rais am, ketua umum, katib am, dan Sekretaris Jenderal PBNU perihal komposisi panitia muktamar yang baru.

Walhasil, rapat khusus tersebut menyepakati empat orang untuk memegang amanah kepanitiaan; Prof M Nuh dan Kiai Asrorun Niam Sholeh sebagai Ketua dan Sekretaris SC. Pak Imam Aziz dan Dokter Syahrizal di posisi Ketua dan Sekretaris OC.

Tanggal 27 Oktober, SK Kepanitiaan secara resmi ditandatangani. Untuk mengakselerasi kinerja panitia, Kiai Niam membentuk tim asistensi, dan saya diberi amanah sebagai koordinatornya.

SC terus mengikhtiarkan penyelenggaraan muktamar yang guyub, teduh, dan sejalan dengan makna muktamar sebagai wadah permusyawaratan tertinggi organisasi.

Sebagai wadah permusyawaratan, muktamar harus berjalan sesuai dengan spirit musyawarah. Di dalamnya harus terbangun kebersamaan dan tepo seliro, sebagai sebuah harmoni. Optimalisasi untuk mencari titik temu dan menghindarkan diri dari perselisihan, pertentangan, dan syiqaq (pertengkaran).

KH Miftachul Akhyar terpilih sebagai Rais Am Syuriah dan KH Yahya Cholil Staquf jadi Ketua Umum Tanfidziah PBNU pada Muktamar ke-34 NU.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News