Mengikhtiarkan Muktamar NU yang Teduh

Mengikhtiarkan Muktamar NU yang Teduh
Sidang pleno Muktamar ke-34 NU di Lampung. Foto: Dok. PBNU

Keduanya juga disiplin soal waktu selama persidangan. Pleno pertama terjadwal pukul 15.30. Pada jam tersebut, keduanya sudah duduk di meja pimpinan sidang.

Sidang molor, baru rampung pukul 23.45. Itu pun akhirnya dilanjutkan konsoldiasi untuk membuat skenario lanjutan agar jadwal persidangan tidak molor.

Rapat ini mengharuskan Ketua dan Sekretaris SC, nyaris begadang semalaman. Paginya, pukul 9.00, sudah harus kembali mempimpin sidang.

Di hari kedua, sidang pleno ke-2, dijadwalkan mulai pukul 9.00, dibuka oleh pimpinan sidang.

Prof Nuh dapat mengendalikan forum dengan pendekatan komunikasi publik yang baik dengan berbagai pertimbangan rasional tentang pentingnya kekompakan.

Gayung bersambut, Kiai Niam mengedepankan dengan diksi-diksi keagamaan yang menyentuh sisi emosional dan spiritualitas peserta. Di sidang pertama yang sempat agak memanas dijadikan refleksi bagi pimpinan sidang untuk mengambil pelajaran.

Sebelum masuk ke sidang pleno kedua, Prof Nuh dan Kiai Niam berdiskusi. Kiai Niam menyampaikan beberapa berita media online yang menggambarkan muktamar panas dan ricuh.

Akhirnya disepakati, berita media yang mengulas tentang memanasnya sidang pleno pertama dikompilasi dan ditampilkan. Kiai Niam segera meng-capture berita-berita tersebut dan meminta tim asistensi untuk menampilkan ke layar besar.

KH Miftachul Akhyar terpilih sebagai Rais Am Syuriah dan KH Yahya Cholil Staquf jadi Ketua Umum Tanfidziah PBNU pada Muktamar ke-34 NU.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News