Mengunjungi Istanbul, Ibu Kota Budaya Eropa 2010

Kesulitan Komunikasi, Bisa Cari Relawan Berkaus Hijau Toska

Mengunjungi Istanbul, Ibu Kota Budaya Eropa 2010
Miniaturk, salah satu tujuan wisata baru di Istanbul. Foto : Lutfi Rakhmawati/ Radar Jogja/JPNN

Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdoðan menandatangani langsung memorandum kerja sama masyarakat sipil dengan pemerintah untuk menjadikan Istanbul sebagai Ibu Kota Budaya Eropa. Erdogan juga pernah menjabat wali kota yang dulu dikenal sebagai Konstatinopel itu.

Dengan status tersebut, Istanbul terus berbenah. Fasilitas umum ditambah, termasuk penyediaan wifi di hampir semua tempat umum seperti taman kota dan tempat wisata. Berbagai publikasi dan panduan bagi wisatawan disebar di bandara dan stasiun kereta api.

Tidak kurang dari enam ribu relawan disiagakan. Mereka terdiri atas mahasiswa, pelajar, dan pekerja. Kendala komunikasi kerap membuat frustasi para wisatawan asing. Meskipun sebagian wilayah Istanbul masuk Benua Eropa, tidak semua penduduknya bisa dan terbiasa berbahasa Inggris.

Karena itu, keberadaan relawan sangat vital untuk membantu komunikasi. Umumnya, mereka disebar di tempat-tempat yang menjadi destinasi wisata utama. Misalnya, di sekitar kawasan Sultanahmet, salah satu daerah terpenting di Istanbul, relawan biasanya mengenakan kaus warna hijau toska dengan tulisan Ask Me (tanya saya) di bagian dada.

Bersama Kota Pécs di Hungaria dan Essen di Jerman, Kota Istanbul dinobatkan sebagai Ibu Kota Budaya Eropa (European Capital of Culture) pada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News