Menimbang Pilkada di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh: W. Wempy Hadir

Menimbang Pilkada di Tengah Pandemi Covid-19
Direktur Eksekutif Indopolling Network, Jakarta, W. Wempy Hadir. Foto: Dokpri for JPNN.com

Apalagi di tengah pandemic Covid19, sangat potensial bagi petahana untuk menjadikan bansos sebagai alat politik untuk meraih simpati dan dukungan dari masyarakat. Jangan sampai kepala daerah menghalalkan segala cara untuk mearih kekuasaan seperti yang dikemukakan oleh Nicolo Machiavelli.

Modifikasi Kampanye

Bagi para calon kepala daerah pada pilkada tahun 2020 ditantang untuk melakukan modifikasi kampanye. Kalau lazimnya kampanye dilakukan pada ruang terbuka dengan mengumpulkan banyak massa. Akan tetapi hal tersebut tidak relevan lagi pada era pandemik Covid19 ini. Oleh sebab itu, perlu ada modifikasi bentuk kampanye agar program dan visi misi tetap bisa tersampaikan kepada calon pemilih.

Saya melihat bahwa, para calon kepala daerah bisa menggunakan dua model kampanye yang bisa dilakukan. Pertama, kampanye dengan pendekatan serangn udara. Kampanye model ini menggunakan teknologi informasi, bisa saja menggunakan Facebook, Twitter, Youtube, Instagram atau media lainnya.

Melalui media sosial tersebut, para calon kepala daerah bisa memberikan informasi kepada publik terkait program apa yang hendak ditawarkan kepada masyarakat. Selain itu, bisa saja ada ruang ruang feedback dari masyarakat atas berbagai tawaran program yang direncanakan. Sekarang misalnya, sangat marak diskusi maupun seminar yang berbasis web. Ini adalah era virtual politik yang momentumnya sangat pas karena pemilih tidak bisa dikumpulkan secara terbuka.

Apalagi kalau Peraturan KPU sudah keluar, saya kira akan banyak sekali peraturan yang harus dipatuhi oleh para calon kepala daerah dalam melakukan kampanye. Agar emosi pemilih tetap terjaga dan dukungan mereka tidak bergeser atau paling tidak mendorong mereka untuk memberikan pilihan politiknya, maka model kampanye serangan udara menjadi salah satu pilihan yang ideal.

Kedua, para calon kepala daerah bisa menggunakan serangan darat. Metode serangan darat bisa menggunakan pendekatan mendatangi pemilih dari rumah ke rumah (Door To Door Campaign). Metode ini sangat efektif karena para calon kepala daerah ataupun relawan bisa menyapa pemilih secara langsung.

Dengan demikian bisa saling bertukar informasi dan biasanya akan banyak informasi yang diperoleh melalui kampanye DTDC. Kampanye model DTDC ini membutuhkan tenaga professional yang memang sudah mempunyai rekam jejak dalam melakukan DTDC agar hasilya terukur. Sebab kalau DTDC dilakukan tidak dengan metode yang benar, bisa saja hasilnya tidak terukur.

Pelaksanaan Pilkada serentak kali ini menjadi catatan penting dalam sejarah pilkada di Indonesia karena masih dalam suasana pandemi Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News