Menyimak 3 Tahun Kedaulatan Pangan

Menyimak 3 Tahun Kedaulatan Pangan
Direktur Suropati Syndicate, Alhe Laitte. Foto dok Humas Kementan

“Saya katakan bahwa anggaran Pemerintah sudah terlihat jelas digunakan untuk membangun infrastruktur lahan dan irigasi, mekanisasi, dan lainnya yang dampaknya baru terasa 2-3 tahun kemudian. Untuk program benih, pupuk dan lainnya sudah berdampak langsung naiknya produksi,” ungkapnya.

Hasilnya produksi padi, jagung dan lainnya meningkat. Produksi naik ini pula yang menjelaskan harga pangan menjadi lebih stabil dan stock pangan cukup banyak. Peningkatan produksi 43 komoditas sejak 2014-2016 memberikan nilai tambah sekitar Rp 280 triliun dan terkonfirmasi dari tumbuhnya PDB pertanian berkisar 3,25 hingga 3,77 persen setiap tahunnya.

“Terlepas dari data produksi dan kesejahteraan petani yang dipersoalkan pengamat, yang jelas Indonesia sejak 2016 tidak impor beras, cabai segar dan bawang merah. Dan sejak awal 2017 tidak impor jagung dan gandum pakan ternak dan bahkan sudah ekspor bawang merah ke enam negara tetangga,” tutur Alhe.

Perihal usulan evaluasi kinerja dan kepemimpinan kementerian. Ini cukup menarik dan tidak sesederhana yang dibayangkan.

Banyak ahli pertanian pandai dan mumpuni, tapi jarang yang memiliki karakter seperti Amran. Hal ini penting karena pemimpin harus tegas membuat kebijakan dan berani berhadapan melawan mafia, kartel dan pihak pihak pencari rente, di atas penderitaan orang kecil.

“Menurut saya sih, satu terpenting adalah untuk menjadi pemimpin harus sudah selesai dengan urusannya sendiri. Seperti sekaliber Andi Amran Sulaiman bekerja keras dengan integritas, jujur, tegas dan anti-korupsi,” jelasnya.(jpnn)


Penilaian tersebut bermula dari mempersoalkan akurasi data dan mengarah pada kebijakan dan manajemen yang tidak tepat.


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News