Merespons Pernyataan Dino Djalal, Djumala: Diplomasi Perdamaian Bukan Pabrik Tempe

Merespons Pernyataan Dino Djalal, Djumala: Diplomasi Perdamaian Bukan Pabrik Tempe
Anggota Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala merespons pernyataan Dino Patti Djalal soal misi perdamaian Jokowi di Rusia dan Ukraina. Foto: Humas BPIP

Sebab, dari komunikasi itu, keduanya bisa mengetahui posisi dan apa yang diinginkan masing-masing pihak.

Karena itu, dibutuhkan pihak ketiga untuk mediasi agar dapat berkomunikasi. Dengan mengadakan pertemuan empat mata dengan Zelenskyy dan Putin, Jokowi sejatinya sudah membuka pintu komunikasi.

Djumala yang saat ini menjabat Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri menuturkan, untuk memulai dialog dan perundingan kekerasan harus diakhiri, perang harus dihentikan. 

Inilah himbauan yang disampaikan kepada Zelensky dan Putin. 

‘’Jika kekerasan sudah tidak ada lagi dan perang berhenti karena gencatan senjata, tersedia ruang kondusif untuk berunding mencari jalan damai,’’ ujarnya.

Jadi, tidak heran jika salah satu misi Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah menghentikan kekerasan dan peperangan.

Djumala juga mengungkapkan, dengan adanya proses komunikasi, penghentian kekerasan dan dialog dalam setiap upaya peredaan konflik, inisiatif perdamaian butuh waktu lama, bertahun-tahun, melalui proses panjang dan berliku. 

‘’Sebab, perdamaian bukan barang sekali tepuk jadi. Kerja diplomasi perdamaian tentu beda dengan cara kerja pabrik tempe: hari ini kedelai besok jadi tempe,’’ ucapnya.

Dubes Djumala menanggapi pernyataan Dino soal misi perdamaian Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News