Minyak Merah

Oleh: Dahlan Iskan

Minyak Merah
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tentu kalau cara menggorengnya juga benar: jangan dipanaskan melebihi 160 derajat Celsius. Sehebat olive oil pun tidak berguna kalau diperlakukan seperti itu.

Siapa yang akan memproduksi minyak merah itu?

"Karena prosesnya sederhana, koperasi bisa melakukannya. Atau UMKM. Jangan sampai diproduksi pengusaha besar. Investasinya hanya sekitar Rp 1,5 miliar per unit produksi," ujar Donald.

Itu untuk unit dengan kapasitas 1 ton/hari. "Kalau pun daya serap pasarnya bagus lebih baik melibatkan banyak koperasi atau UMKM untuk memproduksinya. Jangan hanya satu-dua pabrik besar," katanya.

Bahan baku minyak merah ini sama dengan minyak goreng: CPO. Tetapi kalau koperasi atau UMKM yang memproduksi bisa jadi akan kesulitan memasarkannya.

Memasarkan minyak merah tidak mudah. Perlu perjuangan khusus. Sebagai produk baru dengan aroma baru bisa saja minyak merah dianggap aneh. Lalu, terjadi penolakan di masyarakat.

Sasaran pasar minyak merah haruslah orang yang sadar kesehatan dulu. Itu berarti kelas menengah ke atas. Tahap berikutnya barulah turun ke kelas di bawahnya.

Bisa saja koperasi atau UMKM yang memproduksi tetapi penjualannya harus ditangani perusahaan marketing yang hebat. BPDPKS bisa turun tangan menemukan off taker dan distributornya.

Awalnya seperti tidak masuk akal: minyak merah lebih hebat dari olive oil. Bagaimana bisa? Padahal minyak zaitun itu begitu diagungkan di Eropa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News