Miris, Tarif Gadis 19 Tahun dan Kekejaman Sang Bos

Miris, Tarif Gadis 19 Tahun dan Kekejaman Sang Bos
ILUSTRASI. FOTO: Pixabay.com

Mirisnya, PSK yang mengais keuntungan tak hanya berasal dari luar Bali. Koran ini sempat bertemu dan ngobrol panjang lebar dengan dua PSK asli Bali, yakni W (21), asal Busungbiu, Buleleng, dan P (24), asal Kintamani. Keduanya mengaku bekerja sebagai sales di Denpasar kepada pihak keluarganya. W yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato mengaku mau jadi PSK karena sakit hati.

“Pidan timpale uling Jawa anu ngajakin megae care kene (Dulu teman saya asal Jawa yang ngajak kerja seperti ini),” ucapnya.

W mengaku saat ini punya cicilan motor yang harus dibayar tiap bulan. Ditanyai apa tak malu bekerja sebagai PSK, W menjawab sebenarnya malu.

Untuk menghilangkan perasaan malu tersebut dirinya kerap dugem di tempat hiburan malam seusai menjual diri di Jalan Danau Tempe. Para PSK yang ditemui di Jalan Danau Poso memiliki nasib satu strip lebih baik.

R (19), asal Jakarta dan W (23), asal Bandung yang ditemui pada kesempatan berbeda mengaku mampu mengantongi Rp 100 ribu per sekali transaksi di luar tip.

“Aku gagal nikah tiga kali, Bli. Dulu saat di Bandung,” ucap W, Sabtu (6/2) sekitar pukul 23.00 Wita.

W mengaku diajak ke Bali oleh salah seorang temannya. Bukannya berhasil mengubah hidup, hidupnya kini malah lebih suram. Wanita ramping berambut panjang yang mengenakan busana biru muda saat ditemui itu tak punya pilihan.

Sembari mengisap dan mengembuskan rokok mild, dia tersenyum dan bercerita punya kekasih yang tinggal di daerah Monang-Maning, Denpasar.

Salah seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) berinisial IN (19), mengaku dari Rp 150 ribu yang dia peroleh dari pengguna jasanya, dirinya hanya memperoleh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News