Mufida: Angka Kematian Ibu dan Perceraian di Indonesia Memprihatinkan

Menurutnya, banyak perempuan Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbebani masalah keluarga sebelum memutuskan menjadi PMI. Perempuan PMI banyak yang tidak siap secara skill yang menjadi tuntutan pekerjaan dan juga dari sisi bahasa.
“Sementara kepercayaan diri mereka juga rendah, sehingga cenderung tidak percaya diri jika ada yg mengintimidasi dan tidak mau repot memperpanjang dengan urusan hukum atau melapor ke kepolisian setempat, padahal pada posisi yang benar,” papar Mufida.
Masalah semakin berat karena banyak dari perempuan PMI hadir di negara penempatan dengan sejuta rindu kepada anak, orang tua, suami, teman-temannya.
Akibatnya, prestasi kerjanya cenderung kurang. Mufida menambahkan, sementara di tanah air perginya para ibu bekerja di luar negeri juga menjadi beban bagi anaknya.
"Karena peran pendidikan yang seharusnya dijalankan para ibu menjadi tidak dapat berjalan. Belum lagi dengan angka perceraian yang sangat tinggi, berakibat ketidakjelasan hak asuh dan anak lagi-lagi menjadi korban,” pungkas Mufida. (boy/jpnn)
Para ibu yang menjadi pekerja migran juga menghadapi ancaman meningkatnya angka perceraian setiap tahun.
Redaktur & Reporter : Boy
- Permintaan Kerja dari Luar Negeri Capai 1,7 Juta, RI Baru Bisa Serap Sebegini
- Menteri Karding Berangkatkan 55 Perawat dari Universitas Binawan ke Austria
- Terungkap, Bentuk KDRT yang Dialami Paula Verhoeven
- Sebut Hubungan Arya Saloka & Putri Anne Baik, Kuasa Hukum: Tak Seperti yang Terlihat
- Hak Asuh Anak Diberikan Kepada Putri Anne, Arya Saloka Menerima?
- Konon Perceraian Memicu Fachri Albar Kembali Mengonsumsi Narkoba