Muhammad Rizky Habibi Pembuat Aplikasi ABK
Dahulu Diusir-usir, Kini Banyak Yang Cari
Anak ketiga di antara empat bersaudara pasangan Abdul Wachid dan Dewi Aisyah tersebut menyadari bahwa sebagian besar anak berkebutuhan khusus (ABK) berasal dari keluarga tidak mampu. Orang tua ABK belum bisa menjangkau terapi berkelanjutan untuk anaknya yang harganya memang mahal.
’’Kenapa tidak digabungkan saja antara terapi dan teknologi biar orang tua bisa melakukan terapi sendiri di rumah,’’ paparnya. Di sisi lain, Habibi belum menemukan aplikasi yang berguna untuk kemajuan ABK. Hampir semua ABK yang bisa mengoperasikan gadget hanya untuk main game.
Petualangan pun dimulai. Sebagai mahasiswa teknik, Habibi tidak punya pengetahuan apa pun soal ABK. Karena itu, dia harus menggandeng mitra kerja. Bisa psikolog atau terapis. ’’Awalnya, saya tidak punya kenalan psikolog atau terapis,’’ tuturnya.
Yang dilakukan Habibi saat itu adalah jalan dari satu tempat ke tempat lain mencari mitra. Mulai tempat terapi ABK, autism centre, hingga klinik psikologi. Meyakinkan bahwa dirinya mampu adalah hal tersulit.
Saat itu, orang hanya melihat Habibi sebagai mahasiswa semester III bau kencur yang kurang kerjaan karena mengajak kerja sama dengan modal seadanya. ’’Jadi, ibaratnya kalau dahulu diusir-usir, sekarang alhamdulilah dicari-cari,’’ ujarnya, lantas tertawa.
Berkat kesungguhannya, Habibi dipertemukan dengan drg Illy Yudiono, pemilik Cakra Autism Centre Surabaya. ’’Bu Illy yang bersedia mengajari saya dari awal mengenai terapi untuk ABK,’’ ujar Habibi.
Maka, Habibi menamakan aplikasi tersebut Cakra. Habibi ingin memberikan penghargaan kepada Illy yang percaya dengan kesungguhannya. Habibi mempelajari terapi-terapi untuk ABK sekitar satu tahun selama 2012. Dia berusaha memikirkan cara mengamalkan khasiat terapi ABK dalam sistem aplikasi komputer.
Pada perjalanan tersebut, Habibi dibantu dua temannya, yaitu Nurul Wahidatul Ummah dan Mentari Queen Glossyta. Konsep yang dipilih adalah terapi applied behavior analysis (ABA). Terapi ABA diterjemahkan Habibi dalam bentuk aplikasi.
Berawal dari kesadarannya bahwa tidak semua anak berkebutuhan khusus (ABK) berasal dari kalangan mampu, Muhammad Rizky Habibi menciptakan aplikasi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor