Muhammadiyah Usulkan Adanya GBHN Lagi
Din: Pemimpin Jangan Bawa Visi Personal
Sabtu, 13 November 2010 – 13:00 WIB
Indonesia, kata dia, seharusnya bisa meniru Tiongkok. Dengan latar belakang sejarah yang kuat, Tiongkok mampu memodifikasi arus globalisasi untuk kebutuhan mereka. "Cina (Tiongkok, Red) mampu mengembangkan free market economy dengan market kecinaan," ujarnya.
Baca Juga:
Indonesia tak bisa mengikuti Tiongkok karena visi dan misi kerakyatan saat ini tidak mampu menjadi kebutuhan utama bangsa. Visi kepemimpinan saat ini, ucap Din, telah salah arah dengan tidak membawa konsensus rakyat dalam pembangunan. Nah, imbuh Din, konsensus itu seharusnya terimplementasi dalam penetapan seperti halnya GBHN. "Visi pembangunan tidak bisa diserahkan kepada presiden atau Wapres. Itu terlalu personal," tegasnya.
Menurut Din, tidak ada salahnya jika GBHN dikembalikan kepada MPR. Dengan begitu, MPR akan kembali menjadi lembaga tertinggi di antara lembaga tinggi negara lainnya. "Ini supaya konsensus nasional bisa dikembalikan sehingga tidak ada penyimpangan," jelasnya.
Dalam hal politik, kepemimpinan tanpa arah saat ini hanya melanggengkan kekuasaan. Sudah saatnya dipikirkan suksesi kepemimpinan menghadapi transaksional 2014. MPR harus membuka peluang bagi semua kehidupan politik. "Jauhkan dari power of money (kekuatan uang). Karena cost-nya terlalu mahal untuk kita bayar," tuturnya.
JAKARTA - Sejak reformasi bergulir, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sudah tidak diterapkan lagi. Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah mengusulkan
BERITA TERKAIT
- Hari Buruh: Menaker Minta Semua Pihak Tingkatkan Kompetensi SDM di Indonesia
- Zainal Bay: Tiga Putra Terbaik Fakfak Telah Bekerja Membangun SDM di Tanah Papua
- Rekrutmen PPPK 2024 Khusus Tenaga Non-ASN & Honorer K2, Yang Tercecer Masuk?
- Kecelakaan Maut di Jalan Riau, 2 Orang Tewas Ditempat
- Kawal Musrenbang di Riau, Kemendagri Sebut Pentingnya Pembangunan Berbasis Partisipatif
- Korban Tenggelam di Ciliwung Ditemukan Sudah Meninggal Dunia