Muncikari, Tante Dolly Mungkin Bingung, Tetapi Senang

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Muncikari, Tante Dolly Mungkin Bingung, Tetapi Senang
Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Dahulu orang menyebutnya sebagai germo, induk semang yang punya tempat untuk menampung perempuan-permpuan yang memberi layanan seksual berbayar.

Sekarang, sebutan germo dianggap terlalu kasar dan diperhalus menjadi muncikari.

Meski ganti casing, tetapi pekerjaannya tetap sama, menjadi broker laki-laki iseng yang mencari hiburan.

Muncikari—banyak orang menyebutnya mucikari—berasal dari paduan dua kata bahasa Jawa, ‘’munci’’ yang berarti gundik atau wanita simpanan, dan ‘’kari’’ yang berarti ketinggalan, tidak dibawa, atau tidak disertakan.

Muncikari kemudian diartikan sebagai germo penyedia perempuan pelayan laki-laki iseng.

Para perempuan yang menjadi anak asuh muncikari dahulu disebut sebagai pelacur yang berarti seseorang yang buruk laku.

Kemudian istilah itu dihaluskan dengan sebutan ‘’wanita tunasusila’’ atau WTS. Tuna berarti ‘’tidak punya’’ dan susila berarti ‘’perilaku baik’’. Wanita tunasusila berarti wanita yang tidak punya perilaku baik.

Istilah itu sekarang sudah tidak terdengar lagi. Anak-anak milenial yang lahir pada era 2000-an hampir pasti tidak mengenal istilah itu.

Pelacur tidak ditangkap, tetapi para muncikari dikejar-kejar sebagai pesakitan. Tante Dolly pun mungkin senang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News