Museum W.R. Soepratman Segera Diresmikan

Museum W.R. Soepratman Segera Diresmikan
Pemandangan di dalam museum WR Soepratman. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Museum W.R. Soepratman yang berada di jalan Mangga no 21 Tambaksari akan segera diresmikan pada 10 November mendatang. Kini persiapan terus dilakukan. Nantinya rumah komponis lagu kebangsaan Indonesia Raya itu akan menjadi ikon baru sejarah Kota Pahlawan.

Rumah bergaya kolonial tersebut menjadi saksi bisu sebelum komponis itu tutup usia. Dia tinggal selama setahun, kemudian meninggal pada 17 Agustus 1938 di sana. Rumah itu menjadi bangunan cagar budaya. Ada berbagai benda peninggalan pahlawan nasional kelahiran 9 Maret 1903 tersebut. Mulai dipan, meja kursi, biola, hingga setelan jas yang dikenakan dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. 

Tahun lalu bangunan itu dipugar, tapi belum tercatat sebagai museum. "Untuk mengurus suatu tempat menjadi museum, butuh proses yang panjang. Nah, ini persiapannya rampung," jelas Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Surabaya Antiek Sugiharti.

Rumah berukuran 5 x 10 meter itu kemarin masih direnovasi. Pekerja terlihat mengecat ulang dinding dalam rumah. Selain itu, beberapa barang koleksi dibenahi. "Ini lemari tempat setelan baju mau dikecilkan. Yang sekarang terlalu besar," ujar Ahmad Saifuna Arif, pemandu rumah wafat W.R. Soepratman.

Rumah bersejarah tersebut terdiri atas dua bagian. Bagian utama dibagi menjadi dua ruangan. Dua kamar tidur dan ruang tamu. Lalu, ada area tengah berupa halaman dan sebuah gudang kecil. Di halaman belakang direncanakan dibuat relief dinding. Isinya cerita tentang perjalanan dan perjuangan W.R. Soepratman. Patung setinggi 3 meter juga dicat ulang.

Antiek menambahkan, dinasnya juga sedang mengumpulkan arsip-arsip milik W.R. Soepratman. Nanti dokumen pendukung itu bisa menjadi koleksi baru museum. "Kami masih berkoordinasi dengan OPD lain untuk menyiapkan ini," ujarnya.

Selain itu, tidak tertutup kemungkinan ada paket tur dari museum ke peninggalan W.R. Soepratman lainnya. Misalnya, pusara pahlawan nasional itu yang juga berada di Tambaksari. Jaraknya hanya satu kilometer. 

Menurut Antiek, pengembangan museum tersebut tidak lepas sebagai cara untuk mempertahankan keutuhan sejarah. Selain itu, menambah sarana edukasi kepada generasi selanjutnya. "Ini wahana pembelajaran untuk anak cucu dan warga Surabaya bahwa di sini ada peninggalan pahlawan besar Indonesia," ujarnya.

Rata-rata pengunjung rumah wafat tersebut mencapai 100-200 orang per hari. Jumlah itu meningkat saat hari libur atau tanggal merah. "Paling banyak saat hari besar nasional. Misalnya, peringatan Hari Pahlawan," kata Ahmad.

Sementara itu, Camat Tambaksari Ridwan Mubarun mengatakan, peresmian museum tersebut membawa dampak baik ke lingkungan sekitar. Warga ikut menjaga bangunan bersejarah itu. "Lingkungan pasti menjadi bersih," ujarnya. (gal/c7/roz) 


Menurut Antiek, pengembangan museum tersebut tidak lepas sebagai cara untuk mempertahankan keutuhan sejarah.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News