Nasi Cum Laude

Oleh Dahlan Iskan

Nasi Cum Laude
Foto/ilustrasi: disway.id

Saya carilah ia lewat pertanyaan yang umum dulu. Saya balas WA itu dengan satu pertanyaan pendek: Sekarang Hapsa tinggal di mana?

Baca Juga:

Jawaban pertanyaan itu mungkin akan bisa membantu saya mengenal siapa ia. Namun jawabannya terlalu singkat. "Di Duren Sawit, Jaktim, Abah."

Duren Sawit? Rasanya saya tidak punya jejak apa-apa di Duren Sawit. Kecuali ada kantor PLN di sana. Yang dulu sering saya datangi.

Saya harus pancing lagi dengan pertanyaan berikutnya: "Di Duren Sawit bersama orang tua?“

Itu untuk mengetahui apakah ia anak jalanan dulunya. Memang beberapa anak jalanan saya temukan di Monas dulu. Saat saya masih tiap hari senam di sana.

Beberapa berhasil sekolah. Beberapa kabur lagi dari sekolah.

Namun kalau jawabnya 'bersama orang tua' barulah saya bingung. Hapsa itu yang mana ya? Yang orang tuanya kena PHK itu?

Dan jawaban Hapsa ternyata yang kedua itu. Hanya saja ada tambahan keterangan yang lebih mengaburkan ingatan saya.

Hari itu saya sahur nasi porang. Habis sahur saya baca WA dari nomor tanpa nama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News