Nasib Guru Honorer, Rocky Gerung Membandingkan Jokowi dengan Hirohito

Nasib Guru Honorer, Rocky Gerung Membandingkan Jokowi dengan Hirohito
Massa honorer K2 tidur di depan Istana Negara, Selasa (30/10) malam. Foto: Mesya/JPNN.com

Hasilnya, lanjut Rocky, Jepang mampu new normal 20 tahun kemudian.

Dua dekade setelah Herosima Nagasaki hancur, puing-puingnya masih di situ tetapi Jepang sudah tumbuh sebagai negara yang memiliki teknologi mutakhir, dan infrastruktur berkembang pesat.

Bagaimana dengan Indonesia? Rocky mengulik kejadian akhir Oktober 2018. Di mana ribuan guru honorer demo beberapa hari depan Istana Negara.

Namun, tidak ada pejabat istana yang datang menemui mereka. Presiden Jokowi juga tidak menemui para pengunjuk rasa.

“Saya membayangkan, mungkin pada saat itu presiden bertanya kepada kepala staf ada berapa guru yang sedang demo di depan istana. Dilaporkan misalnya 2000 guru. Jawaban Jokowi, kalau begitu kita jangan keluar," ucapnya.

"Bayangkan, Kaisar Hirohito bertanya berapa guru yang tersisa agar dia bisa membangun Jepang. Presiden Jokowi malah takut keluar menemui guru. Takut keluar menemui akal pikiran. Takut keluar menemui pemuka-pemuka pendidikan," lanjutnya.

Jadi, kata Rocky, dari awal sudah terlihat soal pendidikan tidak dimengerti Jokowi.

Guru demo depan istana tidak direpons. Mungkin, kata Rocky, Presiden berpikir lebih penting staf khusus milenial daripada guru.

Masalah nasib guru honorer, Rocky Gerung membandingkan sikap Presiden Jokowi dengan Kaisar Hirohito.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News