NU Harus Berubah
Minggu, 19 Juni 2011 – 05:26 WIB
Menurut dia,NU memiliki modal besar berupa fleksibilitas. Fleksibilitas tersebut membuat NU melihat sebuah permasalahan dengan lebih mendalam. "Jadi tidak gampang mengharamkan sesuatu," terangnya. Yang terjadi saat ini, para tokoh intelektual muslim saat ini dengan mudahnya mengharamkan sesuatu hal.
Irfan Asy"ari Wahid menjadi pembicara terakhir dalam sarasehan tersebut. dia menawarkan pola pikir baru kepada organisasi NU. Yakni, pola pikir yang berorientasi pengembangan kemampuan manusia. "Sebab, saat ini Indeks pembangunan manusia di provinsi basis NU masih rendah," ujarnya.
Menurut putra Salahuddin Wahid itu, NU memerlukan perubahan pola pikir. Terutama, dalam menerjemahkan tujuan pendirian NU. Yakni, sebagai fungsi keagamaan, keilmuan, dan ekonomi. "Politik itu hanya cara, bukan tujuan NU," tegasnya.
Pria yang akrab dipanggil Ipang Wahid itu menambahkan, pemimpin NU ke depan tidak perlu kiai atau pemilik pesantren. Cukup sosok muslim yang taat. "Tapi harus menguasai manajemen skill yang kuat, punya jiwa entrepreneurship tinggi, dan yang terpenting memiliki moral yang baik," ujarnya.
SURABAYA -- Rahasia kekuatan Nahdatul Ulama (NU) ada pada Ideologi, jaringan, dan kaderiasi. Hal tersebut terungkap dalam Sarasehan Intelektual Muda
BERITA TERKAIT
- Indonesia Technology Investment Summit 2024: Solusi Berkelanjutan di Era Digital
- Pupuk Kaltim Tanam 900 Bibit Pohon di Bontang
- Pemda yang Tidak Usulkan Formasi PPPK 2024 untuk Tendik Harus Disanksi, Honorer Setuju?
- Letjen Richard Ungkap Kondisi Terkini Homeyo Setelah Diserang OPM 2 Hari Berturut-turut
- Menteri AHY Ungkap Puluhan Mafia Tanah Sudah Masuk Target Operasi, Tunggu Saja!
- BNPT Gelar Asesmen Objek Vital dan Sosialisasi di PLTDG Bali