Obsesi Soesilo Toer, Doktor yang jadi Pemulung Sampah (2)

Obsesi Soesilo Toer, Doktor yang jadi Pemulung Sampah (2)
Soesilo Toer dan lukisan Pramoedya Ananta Toer bersama wartawan Jawa Pos Radar Kudus Noor Syafaatul Udhma di Perpustakaan Pataba Blora. Foto: NOOR SYAFAATUL UDHMA/RADAR KUDUS

Meski paling mbandel, Soes sekaligus menjadi adik Pram yang paling dibanggakan. Sebab, dia memiliki gelar paling tinggi dibanding saudara-saudaranya yang berjumlah delapan orang. Kebanggaan Pram itu dituangkan dalam buku berjudul Nyanyian Sunyi Seorang Bisu. Buku itu ditulis di Pulau Buru.

Kebanggaan Pram itu membekas di hati kecil Soes. Setelah Pram wafat, Soes sering sedih. Padahal, saat Pram meninggal, Soes tidak menangis. Air matanya justru sering meleleh setelah Pram dikubur.

Kadang-kadang saat berbicara tentang Pram, dia juga meneteskan air mata. ”Sedih juga,’’ ujarnya dengan suara yang tiba-tiba lemah.

Dia memandangi foto Pram yang bergelantungan di tembok tak beraturan. Matanya memerah berkaca-kaca. Dia bergumam, dia dipenjara 18 tahun. Perokok berat hingga akhir hayatnya. Sampai-sampai ketika Pram mati, anak-anaknya menyelipkan rokok di mulutnya. ”Biar tenang di surga,” tambahnya.

Kehidupan Soes dan Pram berbeda. Meski sama-sama dicap kiri dan pernah dijebloskan ke penjara, Pram kaya sampai akhir hayatnya. Sedangkan Soes jatuh miskin. Akan hal itu Soes berkomentar, Pram orang yang optimistis. Sedangkan dia sebaliknya. ”Maka satu anak cukup,” katanya.

Anak Soes laki-laki bernama Benee Santoso sampai sekarang masih tinggal bersamanya. Sehari-hari tidur di ruang tengah yang sekaligus menjadi perpustakaan. Anak itulah yang menjual buku-buku Soes untuk kelangsungan hidup keluarga juga.

Soesilo adalah potret orang berpendidikan tinggi yang hidup sederhana. Amat sederhana. Handphone yang anak kecil pun sekarang sudah memegang, dia tidak punya. Dia berkomunikasi langsung. Kadang-kadang melalui anaknya. ”Sejak dulu saya tak pegang HP,’’ tegasnya.

Di rumahnya, wartawan koran ini juga tidak melihat televisi. Namun Soes meyakinkan ada tiga buah. Istrinya meralat menjadi dua. Satu sudah dijual karena sama sekali tidak bisa hidup. Yang dua? Ternyata-sama-sama TV usang. ”Saya nyaris tidak pernah menonton televisi. Berita datang sendiri kok,” jelasnya.

Soesilo Toer adalah doktor ekonomi politik yang kini menjadi pemulung sampah, merupakan adik kandung Pramoedya Ananta Toer.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News