Ogah Buru-buru, PBNU Siapkan Tim untuk Tambang Tumpangpitu

Ogah Buru-buru, PBNU Siapkan Tim untuk Tambang Tumpangpitu
Aktivitas pertambangan emas di Gunung Tumpangpitu, Banyuwangi. Foto:

Melalui teknologi heap leach maka proses produksi dari pertambangan tidak menghasilkan tailing atau limbah. Sebab, cairan pelarut mengalami sirkulasi pemakaian sedemikian rupa sehingga tidak ada yang terbuang.

Berdasar hasil penelitian PPLH Universitas Brawijaya, proses produksi di tambang emas Tumpangpitu yang menggunakan heap leach merupakan metode paling aman dan ramah lingkungan. Sedangkan di lokasi lain, penambangan emas masih menggunakan sistem semi-autogenous grinding (SAG) mills.

Baidlowi juga menyinggung soal penyerapan tenaga kerja dari aktivitas pertambangan di Tumpangpitu. "Setahu saya, perusahaan tersebut merupakan investasi dalam negeri yang dimiliki pengusaha lokal," tegasnya.

Sementara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi baru saja menyelesaikan kegiatan monitoring lingkungan di Tumpangpitu. Tujuannya mengetahui ambang batas pencemaran di tambang terbesar kedua di Indonesia itu.

Hasilnya, DLH Banyuwangi menilai PT BSI merupakan tambang terbaik di Indonesia. "Tambang emas ini sangat disiplin dalam melakukan monitoring lingkungan,” ujar Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian DLH Banyuwangi Budi Wahono.

Selain itu, kata Budi, PT BSI juga menggandeng konsultan independen yang kompeten meski punya sumber daya manusia (SDM) mumpuni. “Untuk keterbukaan, dalam melakukan monitoring BSI juga sering melibatkan masyarakat sekitar," katanya.

Menurut Budi, monitoring lingkungan adalah kewajiban perusahaan sesuai dokumen AMDAL. "Kami minta laporan tiap enam bulan sekali, tapi BSI malah melaporkannya tiap tiga bulan sekali," sebutnya.(srs/JPC)


Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menyoroti persoalan yang dihadapi warga di sekitar lokasi tambang emas di Gunung Tumpangpitu di Kabupaten Banyuwangi.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News