Ojo Kesusu, Ojo Keliru
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Tingkah Buto Calik ‘’pethakilan’’ berjungkir balik, berjoget, berteriak-teriak. Sedangkan Arjuna hanya bergerak halus dengan manuver yang terbatas.
Akan tetapi, di akhir episode itu Arjuna dengan gerakan yang gemulai, tetapi penuh tenaga, melompat ke atas pundak Buto Cakil dan memotong leher sang raseksa sehingga tumbang dan tewas.
Orang Jawa yang alus tidak menunjukkan ambisi atau pamrih.
Dia bekerja dan mengabdi sesuai darmanya, tanpa mengharapkan imbalan atau balasan.
Itulah sebabnya orang Jawa punya falsafah ‘’sepi ing pamrih, rame ing gawe’’, bekerja keras tanpa mengharap imbalan tertentu.
Dalam politik kekuasaan pun demikian. Seseorang yang terlihat berambisi dianggap tidak baik karena punya pamrih.
Hal ini berkebalikan dengan konsep barat yang menganggap ambisi sebagai hal yang positif.
Ambisi bahkan dianggap bagian dari dorongan kemajuan untuk mencapai prestasi.
Soal suksesi kepresidenan 2024, Jokowi selalu memakai idiom Jawa. Dia memakai narasi ojo kesusu di depan Projo. Di Surabaya Jokowi memakai narasi ojo keliru.
- Prabowo Berkomentar soal Ijazah Palsu Jokowi, Pengamat Beri Penilaian
- Pengamat: Masyarakat Tak Rela Prabowo Terkontaminasi Jokowi
- Prabowo: Saya Dibilang Presiden Boneka, Dikendalikan Pak Jokowi, Itu Tidak Benar
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu