Ojo Kesusu, Ojo Keliru
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Seorang pemimpin yang bersinar wajahnya dianggap memancarkan wajah kekuasaan.
Seorang pemimpin yang wajahnya muram dan suram dianggap kehilangan kasekten.
Indikator lain bahwa seseorang masih atau tidak memiliki Kuasa dapat dilihat pada kekacauan alam, banyak penyakit menyerang, kerusakan sistem nilai sosial, dan meningkatnya angka kriminalitas.
Jika hal tersebut terjadi maka kuasa dari sang pemimpin telah berkurang. Kasus Ferdy Sambo membuat Jokowi resah karena hal itu akan merusak legitimasi kuasanya.
Dalam pergiliran kekuasaan, seseorang yang ingin menduduki penguasa tertinggi akan menggunakan legitimasi untuk menghancurkan penguasa sebelumnya.
Cara lain untuk mendapatkan giliran kekuasaan adalah pengakuan palsu yang dihubungkan dengan raja-raja terdahulu.
Dalam pikiran orang Jawa, keturunan dari seorang yang sakti akan mendapat kesaktian dari leluhurnya sehingga ia pantas dijadikan penguasa yang selanjutnya.
Gagasan Jawa mengenai Kuasa dapat berdampak pada konsep kedaulatan, integritas teritorial dan hubungan luar negeri.
Soal suksesi kepresidenan 2024, Jokowi selalu memakai idiom Jawa. Dia memakai narasi ojo kesusu di depan Projo. Di Surabaya Jokowi memakai narasi ojo keliru.
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu
- Jokowi Lapor Polisi, Roy Suryo: Peneliti Seharusnya Diapresiasi, Bukan Dikriminalisasi
- Pasbata Minta Roy Suryo Setop Provokasi soal Isu Ijazah Jokowi