Ole Gunnar Solskjaer

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ole Gunnar Solskjaer
Ole Gunnar Solskjaer. Foto: Andrew Yates/Reuters

Namun, nasib buruk Ole di kancah Eropa, membuat fan MU panas dingin, ketakutan akan terulangnya trauma kegagalan musim lalu.

Jose Mourinho membawa MU menjadi kampiun Europa League pada kompetisi 2017. Itu menjadi satu-satunya piala yang direbut MU dalam delapan tahun terakhir sejak ditinggalkan pelatih legendaris Sir Alex Ferguson pada 2013.

Mourinho punya pengalaman dan punya tangan dingin dalam mengelola pertandingan kompetisi penuh maupun semi-turnamen seperti Liga Europa dan Liga Champions.

Toh, hal itu tidak bisa menyelamatkan Mou dari kursi panas kepelatihan MU. Mou dipecat di tengah jalan pada 2018. Ole muncul sebagai pelatih sementara.

MU bingung mencari pelatih. Orang-orang sekaliber Louis van Gal yang sarat pengalaman tersingkir dari kursi kepelatihan MU dalam dua tahun. Mou yang jagoan treble winner pun harus terusir dalam dua tahun.

Tidak banyak pilihan yang tersedia, MU akhirnya mengangkat Ole sebagai pelatih permanen. Penampilan MU dalam beberapa pertandingan di bawah Ole memang membaik. Namun, dalam beberapa kesempatan kelemahan taktik dan strategi Ole sering terekspos.

MU kelihatannya ingin CLBK dengan Sir Alex. Karena itu Ole diharapkan bisa membawa kembali kenangan kejayaan itu.

Musim lalu penampilan MU di kompetisi Premier League membuat penggemar senang. Mereka tidak menduga Ole bisa membawa timnya menjadi runner up di bawah tetangga berisik Manchester City.

Ole Gunnar Solskjaer disebut lebih pantas menjadi guru olahraga daripada menjadi pelatih MU. Ada Zidane, atau Conte.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News