Omzet Bisa Rp30 Juta per Hari, Dihajar Gempa, Baru Bangkit Diserbu Corona

Omzet Bisa Rp30 Juta per Hari, Dihajar Gempa, Baru Bangkit Diserbu Corona
Para penenun tradisional di Kota Palu dan Donggala ikut terdampak COVID-19. Foto: HO-Imam Basuki

Ia bersama istrinya Siti Huzaemah baru saja menata kembali usahanya dalam beberapa bulan terakhir.

Tanda-tanda membaiknya usaha itu pun mulai terlihat, tetapi COVID-19 datang dan mewabah. Pasar lesu, bahkan sama sekali tidak ada pesanan.

"Sudah untung kalau sehari itu ada yang beli satu," katanya.

Kondisi terpuruk di bidang bisnis yang sama juga dialami Imam Basuki.

Pengusaha batik dan kain tenun Donggala yang tinggal di kawasan UMKM batik dan tenun Jalan Mangga, Palu Barat, itu merasa sangat terpukul setelah di kawasan itu menjadi zona merah COVID-19 setelah ditemukannya satu warga positif COVID.

Kondisi itu tidak saja menghajar pengusaha batik dan tenun Donggala di kawasan UMKM itu, tapi juga ikut memukul para perajin tenun di sentra-sentra tenun di Palu dan Donggala.

Imam bersama pengusaha yang lainnya terpaksa menghentikan sementara pasokan tenun dari sentra-sentara tenun karena permintaan pasar lesu. Mereka tidak berdaya mendobrak pasar karena putusnya jalur transportasi udara ke Kota Palu.

Sementara pasar potensial batik dan tenun Donggala ada di tangan para tamu yang datang ke Palu karena menjadikan kain batik khas Palu dan Donggala itu sebagai oleh-oleh khas lokal.

Para pengusaha batik di Kota Palu yang baru bangkit setelah dihajar gempa 2018, kini kembali megap-megap karena serbuan COVID-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News