Pahlawan Celeng

Pahlawan Celeng
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SUDAH lebih dari dua tahun terakhir ketua senam saya seorang purnawirawan kolonel polisi: Pak Yudi. Sejak itu setiap ada hari besar, senamnya terasa beda.

Kemarin, misalnya. Senam dimulai dengan ”Siaaaap... grak!” Dilanjutkan dengan mengheningkan cipta. Lengkap. Diiringi instrumentalia yang biasa digunakan di taman makam pahlawan itu.

Pakaian kami pun bebas: asal bernuansa pahlawan. Umumnya peserta memilih celana militer. Ada yang pakai peci veteran, lengkap dengan sabuk pistol –tanpa isinya.

Baca Juga:

Kemarin memang Hari Pahlawan, 10 November. Kita hormati pahlawan kita.

Ke depan kita kesulitan untuk mencari pahlawan. Zaman medsos telah memberikan gambaran berbeda: tidak ada orang yang sempurna. Orang yang semula kita pahlawankan tiba-tiba terlihat bopeng.

Bisa saja bopeng itu memang begitulah kenyataannya. Ada juga yang bopengnya buatan.

Baca Juga:

Rupanya, banyak orang bopeng yang tidak rela kalau ada orang lain yang terlihat tidak bopeng.

”Celeng satu, celeng semua..!” Begitu bunyi syair lagu Celeng Dhegleng yang tiba-tiba ngetop belakangan ini.

Rupanya, banyak orang bopeng yang tidak rela kalau ada orang lain yang terlihat tidak bopeng. Celeng satu, celeng semua.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News