Pakistan

Oleh Dahlan Iskan

Pakistan
Foto/ilustrasi: disway.id

Saya lihat jam. Sudah lebih satu jam dari saat meninggalkan airport. Mestinya Ufone saya sudah berfungsi.

Saya cek HP. Ternyata Ufone saya belum 'on'. Saya duduk di lobi hotel mewah itu. Menunggu Ufone. Saya ingat kata-kata penjual kartu SIM tadi: maksimum dua jam.

Saya harus sedikit bersabar. Toh bisa sambil lihat-lihat seisi lobby.

Ada mobil mewah kuno: Cadillac. Tahunnya 1932. Tamu yang lain juga melihat mobil itu.

"Ni hao," sapa saya. Dijawab juga: ni hao.

Kami bercakap akrab dalam bahasa Mandarin. Mereka anak-anak muda dari Guangzhou. Datang ke Pakistan lewat Qatar.

Tidak ada lagi penerbangan langsung dari Guangzhou ke Pakistan. Yang ada lewat Xinjiang. Berarti, memang lebih dekat lewat Qatar. Meski sama-sama muter.

Dua jam sudah. Maksimum sudah. Ufone saya belum juga 'on'.

Kartu Indonesia ya saya off-kan. Untuk menghindari roaming internasional. Toh isinya nanti hanya akan lebih banyak hasutan. Dari dua kubu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News