Pariaman dan Skandal Kemaritiman Paling Heboh Abad 16

Pariaman dan Skandal Kemaritiman Paling Heboh Abad 16
Sunset di laut Pariaman, Sumatera Barat, awal September 2016. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Dengan ketus raja berkata, "Kapten tidak boleh makan ketika raja menampakkan diri di muka umum--ucapan yang tak disangka bisa keluar dari mulut orang barbar," pada bagian ini Henrique menulis dengan nada sinis. Barbar! Oh…

Kapten akhirnya keluar menemui raja. Setelah berbasa-basi, melalui seorang berkulit hitam yang lancar berbahasa Portugis, raja menyampaikan keinginannya menukar artileri (perkakas perang) Portugis dengan kapal-kapal besar miliknya. 

"Kapten menolak permintaan itu dengan sopan. Ia mengatakan bahwa artileri tersebut bukan miliknya, melainkan milik Raja Portugis," kenang Henrique.

Tak soal. Raja tak memaksa. Bahkan mengizinkan kapal tersebut sandar di wilayahnya dan memperbolehkan awak Portugis menukar barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan rakyatnya.

Antara Tiku dan Pariaman  

Di hari-hari berikutnya, merujuk lembaran lain pada catatan itu, kian hari kian banyak penduduk setempat datang menukar barang kepada mereka.  

Yang dibawa antara lain ayam, beras, ubi, buah ara, garam, terong, lada, dan kebutuhan pokok lainnya, serta bubuk emas yang ditukar dengan pisau, paku dan lain sebagainya.

"Mereka menunjukkan sikap ramah dan bersahabat," tulis Henrique. "Hal itu membuat kami senang, sampai-sampai kami merasa bahwa kami sudah mengakhiri perjalanan dan berada di Melaka dengan selamat."

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News