Pasar Modal Indonesia Butuh Investor Jangka Panjang
Untuk Pulihkan Transaksi Saham
Kamis, 27 November 2008 – 03:30 WIB
Dia mencontohkan, investor asing melihat peluang harga terdiskon langsung masuk. Misalnya di harga Rp 700 per lembar. Melihat perilaku itu, investor lokal ikut-ikutan masuk, dan harga sudah naik di level, misalnya Rp 1.000.
Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini pasar modal memang sangat kekurangan investor jangka panjang. Secara umum, hal itu juga berlaku di instrumen jasa keuangan lainnya. "Di Indonesia, keberadaan dapen (dana pensiun, Red) belum optimal dan familier. Padahal, dapen itu sangat penting sebagai salah satu institusi yang punya time horizon investasi jangka panjang," tuturnya.
Keberadaan dapen, sambung dia, mesti diperbanyak dan dioptimalkan lagi. Selain itu, regulasi-regulasi yang ada juga harus direlaksasi untuk menyemarakkan gairah masyarakat dalam berinvestasi di pasar keuangan.
Terkait pemeriksaaan transaksi short selling yang kini tengah dilakukan Bapepam-LK, Fuad mengatakan, untuk membuktikan bahwa ada transaksi short selling sangat susah. "Sebenarnya, di masa normal tak masalah. Tapi, ini kan kondisi seperti ini."
JAKARTA - Belum ada sinyal signifikan akan terjadinya pemulihan dalam industri pasar modal dalam negeri. Namun krisis kali ini memberi pelajaran
BERITA TERKAIT
- Ralali Food Venture Rilis Makanan Tanpa Pengawet yang Bisa Bertahan Setahun
- Berburu Keping Oreo Pokemon Mew, Hadiahnya Traveling ke Jepang
- Cetak Laba Rp 15,98 Triliun Pada Triwulan I 2024, Mayoritas Analis Rekomendasikan Beli Saham BBRI
- Semester I 2024: Pertamina Hulu Energi Catatkan Kinerja Cemerlang
- RUPST 2024 BRI Insurance Laporkan Kinerja Positif
- BRI & E9pay Perkuat Kolaborasi Layanan Finansial Bagi PMI di Korsel