Paul Serak Baut Meninggal, Komarudin Watubun Kehilangan Figur Guru

Paul Serak Baut Meninggal, Komarudin Watubun Kehilangan Figur Guru
Komarudin Watubun. Foto: Charlie Lopulua/Indopos/JPNN

“Akhirnya Paul menjadi sasaran pukulan sampai pecah pelipis kiri dan saya tidak. Makanya kami berdua dijuluki Piere Tandean dan Jenderal Nasution layaknya kasus PKI yang menjadi korban itu Piere Tandean," kata Komarudin.

Dia menambahkan, pada era reformasi, Paul menularkan semangat demokrasi kepada anak muda untuk berani mengungkapkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat.

“Dia yang memberikan semangat kepada saya untuk memimpin demonstrasi pertama kali dalam sejarah Iran Jaya kala itu di kantor gubernur dan DPR Papua dalam rangka memperjuangkan semangat demokrasi dan aspirasi rakyat,” ujar Komarudin.

Di bidang hukum, kata Komarudin, Paul juga berjasa bersama Bambang Wijayanto kala membentuk LBH Jayapura dan memperjuangkan penegakan hak asasi manusia (HAM) serta memberi bantuan hukum dan pendidikan demokrasi.

Menurut Komarudin, banyak hal pada diri Paul yang bisa diteladani oleh para politikus muda di Indonesia.

Salah satunya Paul sangat patuh dan taat melaksanakan kehidupan Fransiskan dengan penuh kesederhanan dan nilai-nilai  kasih.

“Dia juga tokoh yang ikhlas memperjuangkan masyarakat kecil. Dia selalu membela yang kecil dan lemah. Semangat idealismenya luar biasa," ujar Komarudin. (jos/jpnn)


Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Kehormatan PDI Perjuangan Komarudin Watubun berduka cita atas meninggalnya Paul Serak Baut, Senin (18/3).


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News