Paus Baru yang Serba Satu
Jumat, 15 Maret 2013 – 03:38 WIB
Terpilihnya Paus Fransiskus tentu menggembirakan warga Amerika Latin. "Orang Amerika Latin lebih terbuka. Orang Eropa sangat tertutup. Ini sangat bermakna bagi kami, warga Amerika Latin," ujar Ana Solis, perempuan 75 tahun, di depan Katedral Santiago, Cile. Berdasar catatan, Amerika Latin adalah rumah bagi 42 persen di antara 1,2 miliar umat Katolik dunia.
Di Buenos Aires, warga pun tak kalah girang. Selain berdoa dan berkumpul bersama di gereja-gereja, warga saling berbagi cerita. Terutama soal betapa sederhananya sosok Padre Jorge, panggilan akrab Kardinal Bergoglio di Argentina. "Saya pernah satu bus dengan dia. Kami berbicara banyak. Tentang kemiskinan, tentang gereja," ujar Jose Luiz, warga di depan Katedral Metropolitan Buenos Aires.
Ya, Kardinal Bergoglio memang cukup "aneh". Sebagai seorang uskup agung, dia seharusnya punya hak tinggal di sebuah katedral yang megah. Namun, Bergoglio lebih memilih tinggal sendiri di sebuah apartemen sederhana. Di situ, dia memasak sendiri, naik bus saat memberikan pelayanan, dan kerap mengunjungi orang-orang miskin di sekitar Buenos Aires.
Sifat sederhana itu tampak pada nama Fransiskus yang dia pilih sebagai nama kepausan. Nama tersebut merujuk pada Santo Fransiskus Asisi, anak saudagar kaya di Asisi, Italia. Tapi, Fransiskus Asisi meninggalkan segala kekayaannya, mendirikan biara, dan hidup sebagai orang miskin.
VATICAN CITY--Fumata bianca (asap putih) yang mengepul dari cerobong Kapel Sistine, Rabu malam (13/3) waktu setempat (Kamis, pukul 02.00 WIB), mengakhiri
BERITA TERKAIT
- KBRI Seoul Ungkap Tantangan untuk Mewujudkan Bebas Visa ke Korsel
- Serangan Presisi Drone Israel Berhasil Habisi Elite Hizbullah
- Populasi Korsel Menua Berpotensi Jadi Peluang Emas Indonesia
- Merawat Konflik, Turki Beri Pengobatan kepada Ribuan Tentara Hamas
- Joe Biden Larang Impor Uranium, Rusia Yakin Amerika Bakal Rugi Sendiri
- Blockout 2024: Upaya Memaksa Selebritas Amerika Peduli Gaza